Friday, February 25, 2005

Untuk Sahabat Kami........

Satu lagi temanku pergi lebih dahulu menghadap Sang Khalik. Siang itu Selasa 22 Februari 2005, milis alumni SMAN 42, tempatku bergabung, dikejutkan oleh berita kematian Garna, teman kami pada kecelakaan pesawat CASA 212 di Papua. Dia tewas bersama dengan keempat rekannya dari Kepolisian RI dan penumpang pesawat kecil itu.
Sejenak terlintas kenangan kami ketika masih bersama-sama di bangku sekolah dulu, ketika sama-sama masih mengejar cita-cita,

Gue pengen jadi penerbang Myr”begitu selalu katanya pada Merta, sahabatku. Kami berenam selalu bersama-sama, aku, Merta, Ririn, Budi, Rinda, dan Garna. Dari kami berenam, hanya Garna yang kuat tekadnya untuk menjadi penerbang dan berhasil wujudkan mimpinya itu. Sedang aku dan kelima lainnya, karena satu dan lain hal, akhirnya menjadi apa yang bukan impian kami sesungguhnya.
Berenam kami merajut asa, belajar bersama, hingga akhirnya waktu lah yang memisahkan kita.
Terakhir aku dengar kabar, hanya Garna yang sukses mewujudkan cita-citanya setelah melewati berbagai rintangan.

Tentunya kamu bahagia ya Na, dan pasti ibumu bangga ;) aku dengar juga kamu telah mewujudkan keluarga bahagia yang sudah dikaruniai dengan Garna-Garna kecil. Sayang, karena kesibukan kita masing-masing, silaturahmi itu harus terputus.
Dan reuni itu akhirnya terjadi di tempat itu, Hanggar Direktorat Polisi Udara, Sore 23 Februari 2005, kami melepasmu dengan rasa ikhlas. Diiringi oleh isak tangis penuh haru dari orang tua, kakak, dan istrimu, kami semua menyambut kedatangan peti jenazahmu. Sama sekali aku ga pernah menyangka kita akan bertemu lagi ketika kamu sudah terbujur kaku dalam peti jenazah berselimutkan bendera merah putih. Allahu Akbar!!! Engkau Maha Besar Ya Robb, dadaku bergetar, peristiwa di depan mata kami ini makin menyadarkan betapa kecilnya kami sebagai hambaMu, dan betapa tiada berdayanya kami.
Dia lihat kita engga ya Ta?”kata-kata Merta menyadarkan aku dari lamunan. Aku tersenyum, tenggorokanku tercekat, terharu mendengar tangis keluarganya. Merta menarik tanganku mendekati peti jenazah yang telah diletakkan di tempatnya, “pengen liat fotonya Ta……..”
Duh….Na…..kamu persis seperti kita terakhir bertemu, dengan seragam kebanggaanmu, kala itu kamu begitu bangga, trus pamer deh ke kita-kita ;) setelah lulus jadi penerbang POLRI. Garna yang bahagia akan cita-cita yang menjadi nyata, Garna yang bahagia karena bisa membanggakan Bunda tersayang.

Dalam hati aku berbisik, “Ya Robb……..Engkaulah yang Maha Besar, Engkaulah yang Maha Kuasa. Duhai Kekasih Hati, kemarin Engkau panggil Rizki, hari ini Garna, kami semua menanti panggilan mesraMu untuk bisa bersamaMu dan UmatMu yang Engkau cintai dan kasihi. Terimalah dia Ya Robb, teman kami, jadikan kematiannya adalah syahid dijalanMu, karena ia sedang berjuang demi keluarganya. Maafkan semua kesalahannya, tempatkan dia kelak dalam JannahMu. Berikan kesabaran kepada keluarga yang ditinggalkannya. Jadikan apa yang terjadi ini menambah cinta kami kepadaMu dan mengingatkan kami akan tujuan kami sesungguhnya. Amien……...”

Mengenang perginya rekan & sahabat kami, Garuda Giwangkara GK, pada kecelakaan pesawat di Sarmi, Papua, Selasa 22 Februari 2005.

Tuesday, February 22, 2005

Saat Kesempatan itu Datang




Ngomongin soal cita-cita, mungkin aku adalah satu orang yang antara apa yang diinginkan (baca: cita-cita) jarang match sama kenyataannya. Ups…..tapi tunggu dulu, nanti sobat yang baca bakal mencap aku orang yang ga bersyukur. Engga…..sama sekali engga….aku bersyukur koq, SANGAT.
Cara aku bersyukur adalah dengan mensiasati keadaan (ya dengan me-match-kan apa yang aku dapat dengan apa yang aku mimpikan, seolah emang itulah yang aku inginkan), sehingga apa yang aku genggam di tangan bukan menjadi hal tiada pernah aku syukuri.

Seperti misalnya, dulu tuh…pengennnnn banget kuliah di UI. Tahun pertama UMPTN ga tembus, tahun kedua….sama, tahun ketiga akhirnya Alhamdulillah tembus, walaupun sampai hari ini ga pernah kelar karena bingung bagi waktu sama kuliah di Trisakti, tetep aja aku puas, sing penting aku punya JAKET KUNING juga!!!!
Itu salah satu contoh, lainnya lagi dari dulu aku pengen kerja yang engga terikat ruang dan waktu. Dari mulai cyber office sampe pengen jadi pengarang tulisan populer, tapi ternyata yang terakhir itu ga mungkin jadi kenyataan, soalnya sumpah! bahasa aku tuh jelek banget, ga mendukung untuk jadi penulis populer.
Salah satu cara untuk bekerja tanpa dibatasi ruang dan waktu adalah mengajar (don’t say kalo itu dibatasi ruang kelas, karena memang….tapi khan soal waktu kita ga terikat seperti pekerja kantoran, iya ngga?). Apalagi kita kaum perempuan, enakkan…..tanpa meninggalkan kewajiban sebagai istri dan ibu bagi anak-anak, bisa ikutan bantu-bantu suami, sambil beraktualisasi diri (cieeeeeeeeee, tua ya?!). Apalagi sejak menikah, keinginan itu tambah besar, biar lebih banyak waktu bersama-sama suami, gitu ceritanya ;). Tapi mo langsung ngajar di perguruan tinggi ternama khan susah, banyak syaratnya. Harus pinter lah, harus S2 lah, akhirnya aku putuskan, kerja dulu demi ngumpulin duit dan ngajar di sekolah apa aja (ga penting tenar) demi jam terbang.

Nah…setelah sekian lama hanya mengajar demi mengumpulkan jam terbang, terus bela-belain sekolah lagi biar mudah dapat akses buat ngajar di Perguruan Tinggi. Alhamdulillah kemarin Jumat aku dapat panggilan dari sebuah perguruan tinggi swasta ternama dibilangan Kalibata. Ini adalah profesi yang selama ini aku impi-impikan, bebas ngatur waktu dan minimum pressure. Awalnya ditelpon untuk ujian TPA, tapi setelah tiba di lokasi yang ditentukan, baru tahu kalo hari Sabtu kemaren itu hanya briefing buat calon dosen. Baru tau karena ternyata secara informal, yang dipanggil kemaren tuh udah jadi dosen tamu di sekolah tersebut. Tapiiiiii karena aku pinginnya jadi dosen tetap, minggu depan, aku masih harus mengikuti serangkaian tes, diantaranya presentasi mengajar di depan pimpinan akademik sekolah tersebut dan beberapa dosen senior. Mohon doa-nya ya sobat…….smoga apa yang aku cita-citakan ini bisa tercapai.
Kalo dalam minggu ini aku jadi ga rajin nge-blog, karena sibuk mempersiapkan diri buat “hari besar”itu, trus juga tetep dengan kerjaan yang “tetep”segunung, ditambah dead-line hasil karya Pelatihan buat dipresentasikan di depan para tutor.

Friday, February 18, 2005

Akhirnya aku BISA!!!

Alhamdulillah….akhirnya karya aku yang pertama bisa di launch di Geocities. Ceritanya, beberapa minggu yang lalu aku dapat tawaran menarik, setelah gabung sama IMB, buat ikutan “Pelatihan Membuat Web Site Sederhana.” Dibilang sederhana, emang sederhana banget, soalnya sarana buat membuatnya pake software Front Page yang umumnya dah ada di kompi kita-kita. Jadi ga pake Java, Linux, Ninux, Tinux…(hehehe, yang terakhir becanda lagi!). Trusssss, dimulailah pengalaman pertama aku ikutan distance learning (cieeeeeeeee), iyalah…soalnya tutornya dari Jepang semua (bukan orang Jepang, tapi orang Indonesia yang domisili di Jepang).

Minggu pertama belajar, dikirimin modul (alhamdulillah sampe hari ini udah modul keempat). Biarpun distance learning, bukan berarti kita ga ngapa-ngapain, lebih berat lagih! Soalnya kita kudu baca modul yang diberikan. Once ada conference (ini temu muka-nya distance learning) diharapkan kita punya pertanyaan.

Nah……waktu conference call (CC)pertama aku ga ikut, Cuma jadi peserta pasif, tapi aku juga ga diam aja. Kelar CC pertama, semua dialog aku copy paste ke words, hasilnya, aku punya kertas catatan yang aku bisa baca, maklum kala itu aku sedang diuber kerjaan kantor yang nggilani trus dead-line bikin bahan ngajar di 2 tempat. Tapi bukan berarti sejak modul pertama dikirimkan aku ga baca, baca donk….soalnya setelah modul ke-2 aku langsung praktek, ngutak-ngutik Fpage. Obyeknya…..apalagi kalo bukan tempat aku ngajar, sebuah perguruan tinggi swasta di sudut Jakarta (;p).
Hasilnya, conference kedua aku bisa ikut meramaikan, minimal dengan problem up load. Alhamdulillah! Sore kemarin (17/02/2005) salah seorang tutor, Ibu Ummu Thoriq, nge-PM aku, nanya kesulitan aku. Tambah kebantu lah aku. Plus tadi pagi waktu masih buntu juga dengan masalah up load, aku dipersilahkan (kayaknya beliau deh) Ummu Thoriq lagi. Duh senangnya……pencerahan sekali, hingga akhirnya………EUREKA!!!!!!!! Walaupun masih nemu kegagalan, paling engga udah ada kemajuan yang aku dapatkan.
Duh…..makasih bu guru semua…berkat ibu-ibu semua, aku dapat ilmu lagi, smoga bisa aku bagi ke yang lain.

Btw, tau ga kepuasan seorang guru……..pengalaman membuktikan, buatku, paling membahagiakan kalo orang yang kita ajari jadi bisa, apalagi melebihi gurunya.
Yang pasti buat bu guru semua (dan guru-guru saya dimasa yang lalu) smoga Allah membalas kebaikan anda semua lebih baik lagi, dan semoga Allah ridho. Amien.

Thursday, February 17, 2005

Food Court PGC (riweuh euy...)




Pernah makan di food court-nya PGC ? (jgn ketawa yaaaa!). Iya. PGC stands for Pasar Grosir Cililitan. Udah deh…jangan diketawain lagi, sebagai karyawan di sebuah kantor yang lokasinya nyelip di pedalaman halim, PGC merupakan salah satu alternatif tempat makan yang lumayan (selain pasar mini dan warung padang pojokan sekolahan).
Sebetulnya makanan yang ditawarkan lumayan lah…..cukup representative- lah…..tapi itu lho yang mengganggu……kalo kita baru aja datang, trus keliatan celingak-celinguk nyari tempat makan, para waiter langsung menyerbu kita. Kayak laler nyerbu tempat sampah (idih!!!). Perut yang tadinya laper, mendadak kenyang, udah gitu mereka maksa lagi.
Ihhhhh!!!!

Ini aja buw…..satu paket ayam goreng udah sama lalapan cuma 8000” gitu salah satu promo mereka.
Yang ngga fair (menurut aku ya…) mereka tuh suka membandingkan dagangannya dengan dagangan tetangganya. Jadi kalo tetangganya (biasanya resto yang udah punya nama dan punya cabang dimana-mana) kasih tarif X, nah mereka akan kasih tarif X-1. Ga fair khan….kalo mo bersaing, mbok yao dari segi rasa donk (itu khan yang mereka harus pertaruhkan) atau pelayanan yang lebih bersih, manis, dan sopan, ga maksa-maksa kayak gitu. Emang siy harganya mursida, tapi…begitu diliat….ehhhhhh ayamnya cuma sa’menel gitu!!! (imoet banget gitu lho!). Akhirnya khan kita para penikmat cuma bisa ngebatin “price don’t lies.

Sempat berpikir, apa karena para pasukan waiter itu di target sama yang punya kios, buat nutupin biaya operasional (iyalah, sewanya lumayan maharani…..hehehe iki opo toh bahasane?), tapi koq malahan menstimulasi mereka jadi brutal gitu ya (ya engga terlalu brutal banget siy), nawarin sambil maksa-maksa, dan ga brenti nawarin sampe dibentak orang. Sebetulnya nyakitin khan, mosok kerja koq harus dibentak-bentak, emang jaman Jepang?! Tapi ga semua food court punya keajaiban kayak ghitu lho! Ga usah lah ngambil contoh Plaza Senayan, atau Pondok Indah Mall (iki perbandingane koq ga apple to apple yo?), ga usah jauh-jauh, tengok food courtnya Pondok Gede Plaza (horeeeeee, kampung halaman tercinta), kayaknya suasanya ga seheboh di PGC. Tetep ada siy yang namanya waiter berpromo, tapi mereka hanya sebatas bagi-bagiin brosur yang isinya promo diskon di warung mereka. Sopan enough khan? Lagian rejeki juga ga kemana. Input niy, buat yang bakal buka resto….yang penting rasa!!!

Trus, berhubung buat kami yang berkantor di Halim, mau engga mau PGC masih harus berada di daftar tujuan makan kami, jadi strateginya kalo kesana, begitu nyampe di lantai 3 ato 3A, pasang muka cuek ga butuh, trus tangan siap-siap dadah-dadah (sukur-sukur punya kaca mata item, biar kayak man in black), dah gitu jalan lurus sambil milih warung mana yang kira-kira menarik, trus sambil bilang…”engga…engga….engga….” Kalo mereka masih nyamperin juga, ya nasib lah….!;p

Wednesday, February 16, 2005

Aku Jutek (am I.................)




Banyak orang yang baru ketemu sama aku katanya aku jutek (jutek means judes). Apa iya siy???

Fifin : “ho’oh….loe tuh nakutin…kalo lagi bae…bae banget, kalo lagi jutek…amit-amit dah
Mas Pandu: “lagh….baru nyadar kamu????”
Mba Ephoy: “heuheuheu, loe mah ga kenal PMS, jutek mah jalan trussssss
Mamah: “mbok ya jangan judes-judes Ta…..orang takut lho sama kamu, kendalikan emosi itu lho.....
Mas Indra: “emang……….;p” (kalem banget)
Masya Alloh –shocked-……itu beberapa orang yang kenal aku (banget), dan semuanya mengamini.

Duh…..separah itukah aku ;(. Yang pasti beberapa orang bilang, kalo mood-ku lagi ga bagus, gampang banget keliatan rautnya berubah, trus orang-orang jadi males deketin aku. Liat aja comment-nya mas Indra, yang (garis bawah, trus di bold) suami aku sendiri –hurmph-. Emang siy, ada beberapa waktu dimana emosi kadang mengalahkan erosi (hehehe, apa coba!), apalagi kalo lagi tanggal-tanggal laporan, sementara kerjaan lain juga ikutan nguber, bisa dipastikan yang deketin aku bakal dapet hadiah muka asem! Tapi khan ga saban hari -muka mohon persetujuan.

Benernya aku juga pengen berubah, pengen jadi orang yang dikangenin sama semua orang. Ga pengen jadi orang yang di-horror-in orang. Pak Deddie pernah bilang, “si Dikdik takut tuh Ta sama kamu, kemaren dia mo minta tolong sama kamu, tapi dia jadi ngeri liat tampang kamu yang koq ga bersahabat banget.” (abisnya.....diuber dead-line laporan, eh ditambahin kerjaan pula!)
Teguran Pak Deddie sebetulnya sentilan banget buat aku. Iya lah, aku jadi berasa kenapa si Dikdik yang biasanya ramah, mendadak jadi sedikit banget omongnya sama aku.

Gimana ya supaya aku ga jutek, minimal orang yang liat muka aku tuh berasa adem…….
Ada tante aku yang bilang, katanya aku tuh sudah keturunan punya muka judes, soalnya hampir semua para famili punya muka jutek. Lho?!….turunan koq muka judes….turunan mbok yao jadi orang kaya gituh…….;p
Okay…kalo soal muka, ummmm……… mo bilang apa yaaa, dah dari sononya, hiks…hiks…hiks-sedih….paling mungkin banyakin senyum aja kali ya……tapi itu lho….sifat moody aku yang ga jelas juntrungannya, kalo lagi baek, bisa baeeeeeeeeeeeeeekkkkk banget. Kalo lagi jutek…..ampun dah! nakutin orang.
Atau mungkin aku harus berusaha tidak boleh dikendalikan mood kali yaaaaa, harusnya mood yang aku kendalikan, jadi orang-orang disekitar aku merasa nyaman dengan kehadiran aku.

hope so.......

Monday, February 14, 2005

Ketika akhirnya aku suka SINETRON

Uffff…It’s Monday (lho koq Uffff siy?!), masuk minggu-minggu bikin laporan seperti sekarang ini, Alhamdulillah ga terlalu bete seperti biasanya, mungkin efek liburan dua Rabu-Kamis kemarin kali ya….coz I really enjoy it!!! Relax banget euy!

Semalem aku nonton RAHASIA ILLAHI di salah satu televisi swasta. Biasanya acara tersebut mengambil waktu Senin malam, entah kenapa kemarin tuh jadi Minggu malam, trus episodenya ulangan, tapi ga pa-pa, soalnya yang duluan cuma nonton depannya doank ;p

RAHASIA ILLAHI tuh sinetron gitu lah! (I hate sinetron but not this!), yang mengangkat (katanya) kisah nyata tentang bagaimana Allah memberi contoh kepada yang masih hidup bahwa azab tuh bisa diturunkanNya ketika seseorang itu masih di dunia, ketika ruh telah tercerabut dari jasadnya. Tanpa mempersoalkan , ini kisah nyata or sungguhan, hanya berusaha memperoleh I’tibar dari tayangan tersebut. Episode semalam tentang seorang perempuan tua yang ditolak jasadnya oleh bumi (naudzubillahi min dzalik), saat penggali kubur selesai sejenak dari pekerjaan menggali kubur si perempuan itu, saat itu pula kubur menutup kembali seolah menolak kehadiran jasad si wanita dalam pelukannya. Di kisah semalam itu diceritakan si Ibu pernah melakukan dosa besar di masa hidupnya dan tiada pernah ada penyesalan terlintas di hatinya. Dikisahkan bahwa si Ibu telah menghilangkan nasab dari beberapa orang bayi pasien di tempatnya bekerja, si Ibu juga berlaku syirik, melakukan riba dan zina.

Dikisahkan juga akibat perbuatannya itu si Ibu selama 7 kali menunaikan ibadah haji, selama 7 kali itu pula dia tidak bisa melihat Baitullah (sekali lagi naudzubillahi Min Dzalik). Akhir cerita jasad si ibu tadi dibakar (nah…ini yang bingung, soalnya sosok yang membakar si Ibu tuh pake jubah hitam, kayak rahib-rahib jaman Robin Hood gitu, aku sendiri have no idea, malaikat kah? Iblis kah? atau orang yang menyamar?). Ga penting lah, yang penting pesan dari tayangan itu sendiri "Hai manusia...segeralah memohon ampunan dari Tuhanmu"

Hummmmm, syerem yaaaa, jadi berkaca sama diri, bagaimana bila saat itu tiba diri masih terbalut debu dosa, bagaimana bila saat itu tiba ampunan itu belum diberikanNya, bagaimana bila saat itu tiba sebelum kita menyadarinya……….tiba-tiba aku merasa dingin, ketakutan menyergapku. Apa aku sanggup menghadapi siksa kubur.
Perlahan aku geser dudukku mendekati mas Indra, takut……..


Yang…….pindah bobo’ deh!”sentuhan lembut mas Indra di bahu menyadarkan aku.
Aku menggeleng dan berujar, “ngeri ya mas……..aku koq tiba-tiba takut mati ya …………”tuturku polos.
Dia hanya tersenyum, hummmmm lelaki yang sudah menemani hidupku setahun belakangan ini menatap dalam-dalam dan berkata,
Makanya, rajin-rajin menghisab diri, jadi kita terus ingat untuk mempersiapkan diri menuju perjalanan akhir kita
Aku hanya mengangguk-angguk, setuju…..
Tau nggak, terkadang kita tidak menyadari, hanya karena lisan kita saja, kita bisa menjadi orang yang tekor dengan amalan kita. Kita merasa sudah beramal banyak dalam hidup kita, tapi kalo bergunjing saja masih menjadi hobi, boleh jadi kita akan menjadi manusia yang tekor di akhirat kelak”kata mas Indra sambil mengusap kepalaku. Katanya lagi, “dosa kecil yang sering kita tidak menyadarinya, makin lama malah bisa jadi dosa besar, iya ngga? Itu baru salah satu contoh, masih banyak khan kekhilafan yang mungkin saja kita lakukan, makanya hati-hatilah dalam bertutur dan bertindak, jangan membuat Allah murka.
Hehehe, iya ya mas.”aku nyengir, ingat sama kebiasaan burukku. Buatku sindirannya sebagai pengingat langkahku di hari-hari ke depan.

Malam pun kian larut, seiring dengan akhir tayangan acara tersebut di televisi, kami pun bersiap menuju peraduan.
Terima kasih Ya Allah, hari ini telah kau berikan kami pelajaran dan peringatan.

Ya Allah aku berlindung dari azab neraka dan azab qubur dan fitnah selama hidup dan mati dan fitnah dari dajjal

Tuesday, February 08, 2005

Selamat Tahun Baru




Bertitik tolak dari peristiwa hijrahnya manusia mulia, Muhammad SAW bersama dengan pengikutnya ke Madinah, waktu dimana terjadinya peristiwa itu ditetapkan oleh Khalifah Umar ibnu Khattab ra sebagai awal penghitungan sistem penanggalan Islam. Bagi kita umat beliau, Hijrah dapat diartikan perubahan langkah dalam hidup ini ke arah yang lebih baik.
Bukankah Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa orang yang hari ini dengan hari kemarinnya sama saja termasuk dengan golongan orang yang merugi, apalagi bila kehidupan hari ini lebih buruk dari kehidupan kemarin? Bukankah kita berada dalam kondisi lebih dari orang yang merugi?

Kalau hari kemarin, apa yang kita lakukan hanya sekedar dogma-dogma belaka, alangkah lebih baiknya bila sejak tahun baru ini apa yang kita lakukan adalah karena kita bisa memaknainya, agar kita bisa memberi ruh setiap amal perbuatan kita.
Karena hidup adalah perjalanan menuju keabadian.

Sahabat……senja Dzulhijah segera menjelang, izin kami sekeluarga mengucapkan:


Selamat Tahun Baru 1426 H
Semoga niat mulia yang kita pancangkan di awal tahun ini mendapat ridhoNya sehingga dapat membawa diri kita kepada yang lebih baik lagi, dan semoga kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang beruntung.


tita&indra



…………. "Maka barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujuinya", (HR. Bukhari)


Monday, February 07, 2005

Syukur kami di hari ini




Duhai kekasih hati / Kugubahkan nasyid ini
Sebagai tanda cinta suci / Dalam naungan Ilahi
Hari demi hari / Bersamamu kulewati
Dalam suka dalam duka / Dalam meniti ridho-Nya

Ikrarkan bersama / Untuk tetap dijalan-Nya
Bahtera rumah tangga / Teladankan rasul mulia

Didik putra-putri / Sebagai amanah Ilahi
Bekali akhlak imani / Jadikan mukmin sejati
Insya Allah...

(Dikutip dari lirik nasyid Dialog Dua
Hati-Suara Persaudaraan)


Sepenggal nasyid di atas yang selalu mengingatkan akan janji kami setahun yang lalu. Hari ini setahun yang lalu, kala mentari bersinar cerah dengan sinarnya yang bersahabat menaungi semua yang hadir dan menyaksikan ikrar yang diucapkan Mas Indra dihadapan Papah. Mitsaqon Ghaliza, perjanjian suci yang mengawali episode baru hidup kami berdua.

Setahun berlalu sudah, tiada yang dapat kami ucapkan, hanya syukur ke hadirat Yang Maha Rahman dan Maha Rahim, karena dia tumbuhkan rasa kasih dan sayang diantara kami berdua, dan dikukuhkan dalam ikatan yang suci dengan disaksikan para kerabat dan sahabat.
Dia yang telah mempertemukan kami, Dia pula yang memudahkan dan memungkinkan niat suci kami dalam menggenapkan separuh Dien.

Hanya atas izinNya, keyakinan, dan keinginan kami untuk terus belajar dalam hidup ini yang masih mengekalkan cinta kami hingga hari ini. Riak yang menggoyang bahtera kami, bukanlah penghalang pun alasan untuk menghentikan perjalanan ini. Namun rasa syukur dan keikhlasan dalam menjalani hidup bersama, untuk saling mengisi dan saling mengingatkan, adalah hikmah yang kami dapatkan.

Semoga Allah yang Maha Kasih selalu mencurahkan cintaNya kepada kami, dan menyuburkan cinta diantara kami berdua hingga ujung waktu.

Ya Allah,

sesungguhnya kami memohon kepada-Mu cinta-Mu
dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu
serta cinta yang dapat mendekatkan kami kepada cinta-Mu.

Ya Allah,

jadikanlah segenap cinta kami bagi-Mu
dan seluruh usaha kami di dalam keridhaan-Mu.

(penggalan doĆ” dicuplik dari Al-Jami'ush-Shahih, At-Tirmidzy)


Thursday, February 03, 2005

Jempol Kaki




“Jempol ahhhhh…kakiku….jempol ahhhhhh kakiku……”, ingat sebait lagu milik wong pitoe, mengingatkan aku pada hobby baru aku dan Lilis. Nginjek jempol ibu-ibu hamil! Koq gitu?!
Awalnya ketika kami sedang menikmati sarapan di markasnya kaum perempuan di kantorku (baca: tempat ngerumpi), PANTRY! Waktu itu salah seorang office girl kami, Yuli, menyuruh aku dan Lilis gini,

“Mba, injek jempolnya mba Elsye tuh…..biar ketularan hamil”
Sebagai info, aku dan Lilis termasuk pasangan di kantor yang telat hamil, nah, Elsye, teman kita itu sedang hamil anak keduanya.
“Koq gitu Yul? Biar kenapa”Tanya Lilis bingung dengan perintah Yuli.
“Kata orang dulu mba, kalo mo ketularan hamil, injek jempol kaki orang hamil, nanti ketularan deh. Temen Yuli juga gitu soalnya, waktu Yuli hamil, Yuli suruh dia injek jempol kaki Yuli, Alhamdulillah, dia hamil deh!”cerita Yuli meyakinkan.

Aku juga pernah dengar cerita kepercayaan orang dulu (orang kampung), bahwa dengan menginjak jempol kaki orang yang sedang hamil, nanti bisa ketularan. Mbah Mide, adiknya mbah (namanya Hamidah, berhubung kite orang betawi, manggilnye jadi Mide), pernah juga mengajari aku hal tersebut.

“Yang bener Yul, kalo gitu ntar di rumah gue bakal injek jempol kakinya si Saroh, pembantu gue yang lagi hamil. Sapa tau gue segera hamil”kata Lilis sambil nyengir.
Sementara Elsye hanya meringis sambil menyodorkan kedua jempol kakinya buat diinjek kita berdua. Ga rela.
“Nginjeknya jangan semangat mba, pelan aja, asal syarat”teriak Yuli memperingatkan, ketika melihat aku dengan semangat mengambil ancang-ancang untuk nginjek jempolnya Elsye.
Huahahahaha, Elsye ketakutan, aku mah seneng-seneng aja ngerjainnya, namanya juga manusia jahil sedunia. Urusan abis nginjek jempolnya Elsye terus hamil…..ya Alhamdulillah.

Tadi pagi ketemu Elsye di koridor, dia sudah siap-siap, bukan untuk meyerahkan jempol kakinya, tapi kayaknya untuk segera kabur, soalnya dia lihat gelagat aku yang segera ingin menerkamnya dan menginjak jempol kakinya, hehehehe (hari gini, masih ada aja yang percaya takhyul ;p).



Wednesday, February 02, 2005

Blind Date (inspired by si Rio)

Punya waktu dikit, beri aku kesempatan buat rehat dari rutinitas yang membuat sesak. Seperti biasa….blogwalking donk…..dapat referensi dari
Yaya buat sowan ke blog-nya Rio.

Ada salah satu ceritanya tentang blid date, hehehe, jadi inget pengalaman pribadi, coz I’ve done it too a long time ago. Bedanya, aku ga seperti si DaraManisnya Rio yang ambil insiatif ngajakin Rio nge-date duluan (kalo aku khan atas inisiatif temen).

Ceritanya dulu……aku barusan mengakhiri (tepatnya diakhiri, sedih yaaaa) hubungan dengan seseorang. Lumayan terpukul, soalnya sempat yakin, he’s my destiny, eh…ga taunya ga jadi (makanya, buat yang sedang having a relation, jangan kasih 100% deh rasa itu, sisain yang banyak buat jaga-jaga, kalo udah kepentok…..duh…sakitnya……hehehe, sok tua loe Ta!).
Trus waktu itu (seperti biasa) punya temen, yang awalnya sama seperti Pat (baca:My Distance Friend), akhirnya jadi deket banget. Namanya Yanti. Hampir setiap pagi dia morning call sama aku, ya sambil nagih, ya sambil curhat (hehehe, seperti T.W, sometimes I‘ll be my friend’s recycle bin). Mungkin karena udah kesering aku yang jadi pendengar setianya, suatu saat gantian dia yang mengorek tentang aku.

+ “Dah punya pacar Ta?”Tanya dia suatu kali
- “Baru putus! Kenapa Yan…punya kandidat?”jawabku acuh, males lagi, abis diputusin trus pacaran lagi.
+ “Elo mau gue kenalin, ada nih temennya cowok gue, temen kuliahnya di ITB…..”
Mataku mendadak bulat, mendengar nama sekolah teknik tertua di Indonesia itu. Hummmmm……lulusan ITB ya…boleh juga nih, gitu pikirku.
+ “Tapi Ta, physic tuh matter ga buat loe?”tanya Yanti menyelidik.
- “Emang napa Yan, gile loe, mosok menghina ciptaan Tuhan”
+ “Soalnya dia kecil Ta (baca:pendek)”
Hummmmmm….aku berpikir lagi, pendek ya….bukan tipe aku donk, but…size doesn’t matter lah! Lagian aku khan juga pendek, yang penting, ITB bo!!!
+ “Dulu dia pernah kerja di bagian RND-nya TIMOR, berhubung perusahaannya bubar, hingga saat ini dia belum kerja”
Hah?! Belum kerja batinku, tapi secepat itu pula aku men-switch pikiranku “as long as dia mo serius, ga pa-pa deh Yan, kalo soal rezeki khan Alloh yang ngatur” cieeeeee gitu kata aku sok bijak, maksudnya mengiyakan cepat supaya Yanti segera mengatur pertemuan itu. Duh…koq banyak handycapnya ya…..(batinku ragu).
+ “Anaknya gaul banget, temennya banyak dan gaya abissss, rambutnya aja kayak Primus.”
Heh?! Primus? Akhirnya ada juga yang bisa dibanggain dari dia.
Dan Yanti pun mengatur conference call antara aku, Yanti, dan dia.

+ “Boy”(pake nama Boy aja ya….yang gampang) “gue mo kenalin loe sama temen gue”gitu kata Yanti memulai pembicaraan, sementara aku diam menunggu (ga enak lagi, langsung nimbrung pembicaraan).
+ “Anak Trisakti lho”Yanti lagi berpromosi tentang aku. Ihhhh, ngapain sih bawa-bawa institusi, ntar dikira aku semodel Venna Melinda atau Berliana Febrianti, atau Alya Rohali lagih!
“Pake jilbab, pokoknya soleh lah!” aku…..soleh??? Jilbab iya…soleh mah jauh (huahahahaha ngaco deh nih anak!).
+ “Tapi dia maunya serius Boy, jadi, loe jangan coba-coba macem-macem sama temen gue!”ancam Yanti sesuai dengan permintaanku.
Trus aku terlibat pembicaraan standar orang berkenalan dengan si Boy. Beberapa kali kami saling menelpon, sampai akhirnya dia ngajakin kopi darat (gile yeeee, baru juga kenalan, udah ngajakin kopi darat!).
Akhirnya the first initial disepakati di sebuah resto di bilangan Blok M.

+ “Kamu dimana? Aku dah sampe ni, kamu pake baju apa? Aku pake baju item”gile si Boy nge-bel aku terus di hape, padahal saat itu aku bilang sama dia kalo aku mo mampir pasaraya dulu, buat sholat Maghrib.
+ “Kamu udah sampe mana? Koq berisik banget siy?” yak ampun ni bocah, ga tau apa kalo aku masih ada di atas Bajaj. “Boy…..”(kataku menjawab pertanyaannya), “aku lagi di Bajaj niy, tunggu aku di Gunung Agung aja ya, lantai 5”hehehe, tempat favoritku buat janjian, soalnya gampang dicari.

O iya, sebelum berangkat, aku sempat telpon Andi, penasehat spiritual (bukan deng, salah satu temen yang concern banget sama kelakuan aku).
- “Kendi…ada dimana loe”
+ “Gue lagi ngaudit di daerah Semanggi, napa Ta?”
- “Gue mo blind date niy, katanya dia anak ITB, temennya temen gue.”
+ “Udah kenal lama? Jangan mentang-mentang anak ITB trus loe hayo aja diajakin blin date, lagian koq ketemuan di jalan siy?” Andi emang care banget sama aku, dia ga rela kalau temennya kecewa lagi.
- “Tenang deh boss, kalo gue ga sreg, gue pulang aja, ga jadi ketemuan”
+ “Emang janjian dimana?”
- “Resto makanan Itali, di Blok M, tadinya dia ngajakin nonton, tapi gue pikir, kalo gue ga sreg, gue ga bisa segera menghindar”
+ “Ya udah, TTDJ, kalo loe ada apa-apa, loe telpon gue aja”
- “Oke boss”begitu aku menutup pembicaraan sama Andi.

Gunung Agung, Blok M Plaza

Aku langsung menuju ke Gunung Agung, sambil celingak-celinguk. Inget clue dari dia “aku pake baju hitam lho……”, trus inget juga pesen dari Yanti “yang paling bisa dikenalin dari Si Boy, rambutnya Ta, anak muda banget, pokoknya kayak Primus!”(itu lho model spike yang di tata dengan gel rambut).
Aku sapu pandanganku mencari si baju hitam. Ada pemuda, berperawakan agak gemuk (tapi manis), dia bukan ya…..batinku dalam hati “SEMOGA” soalnya orangnya lumayan manis. Tapi ketika aku pura-pura melintasinya, dia diam saja, oh…bukan kataku dalam hati. Trus ada lagi lelaki berbaju hitam, tapi koq tinggi ya…….bukan ini ah!
Then……….
Oh No!……koq ada cowok kecil dan kurus (nyaris kerempeng), berkaus hitam, celingak-celinguk memperhatikan keberadaan aku. Sesekali dia berusaha melemparkan senyumnya, aku masih berharap bukan dia…..jangan dia donk Tuhan…jangan dia ……….”.
Tapi…….. rambutnya!!!!Duh….Primus banget, spikey, jangan-jangan…….
+ “Tita ya?!”
Aduh mak….benar dia. Sambil membalas senyum, aku juga mengulurkan tangannya sambil menyebutkan namaku.

Segera kami menuju resto di lantai bawah mal tersebut.

+ “Kamu mo makan apa?”tegur dia menyadarkan aku. Yang tadinya laper, mendadak kenyang. Aku pikir, ngerti kali ya dia, ternyata dia tidak seperti yang dibayangkan oleh aku. Tau ga, waktu itu dia berkaus hitam, jungkies, rambutnya di-spike, dan dilehernya itu lho……..pake KALUNG RANTAI!!! Yak ampun, kayak rocker aja deh! Pokoknya jauh dari bayangan aku, bahwa lulusan ITB rapih, sementara dia tuh dandanannya ajaib banget. Ini mah anak PUNK (batinku, bete!).
Yang ada di kepalaku saat itu hanyalah, bagaimana supaya aku bisa kabur dari tempat itu.
Mulai deh dia cerita yang……… standar banget lah pokoknya, soal kuliahnya, soal asalnya (ternyata Padang juga bo! Nasibmu Ta..;p), tentang keluarganya, tentang kerjaannya. “Udah lama berjilbab? Adikku juga berjilbab lho!”ceritanya tentang adiknya, aduh Boy……so what gitu lho!!!
Sementara aku, berharap ada penyelamat yang datang (kalo bisa jadi Lois Lane, aku tinggal berbisik aja kali ya…Superman….HELP).

Suddenly hapeku bunyi. Andi!

- “Iya mah……aku masih di Blok M Plaza, iya sebentar lagi aku pulang”aku langsung nyerocos, seolah-olah mamah yang di ujung telpon sana. Sementara Andi teriak-teriak sendiri, “Ini gue Ta…ANDI!”
Lama-lama si Andi kayaknya ngerti, kalau aku masih bersama kembarannya Primus.
- “Ga usah dijemput mah, aku pake taksi aja”menolak tawaran jemputan Andi.
+ “Mamahnya ya? Kenapa? Disuruh pulang?”Tanya si Boy menyelidik.
- “Iya nih Boy, sorry ya, aku ga boleh kemaleman.Ga usah dianter, aku pulang sendiri aja pake taksi, rumahku khan jauh banget lho!”jawabku dengan muka meyakinkan banget.
Alhasil, aku diantarnya sampai depan lobby, sampai sebuah taksi sedia mengantarkanku pulang. Dalam taksi aku jadi senyum-senyum sendiri sambil nge-batin “Primus ;p”, sambil nyengir kuda.