Jaman Edun

Jakarta hari ini rame buanget, mungkin karena first day of a new week. Pagi ini aku ada keperluan mengajar di suatu tempat. Untuk tiba di sana, aku memilih bis hibah dari Jepang untuk mengantar ke tujuan. Layaknya bis yang sering melintasi jalan-jalan di Jakarta, bis yang aku tumpangi ini pun penuh sesak oleh orang-orang yang akan bekerja “menjemput” rizkinya. Beruntung karena bekasnya orang Jepang, bis yang model kayak gini masih lumayan terawat dibanding bis tua lazimnya.

Dapat tempat berdiri di depan, lumayan masih bisa pegangan. Di Cawang naik dua orang penumpang laki-laki dan perempuan. Awalnya sama seperti penumpang biasa mereka asyik mengobrol berdua. Lama-lama, lho…lho…lho…...seiring dengan lajunya bis dijadikan alasan buat saling berpegangan, padahal…space buat berpegangan masih ada. Kalo hanya berpegangan sih…ya udah deh, dasar anak muda….eh…lama-lama koq berangkulan? Yang nyebelin lagi, koq pake acara cium-ciuman.
“Hey guys…….this is Jakarta! Not LA!”

Entah yang namanya malu itu sudah hilang tergerus jaman, dan parahnya lagi, orang-orang sekarang udah apatis sama hal-hal yang dulu tabu. Tapi plis donk ah! Jangan di tempat umum kayak gini. Koq mereka enak aja berbuat seperti itu, sementara penumpang yang lain seolah ga ada, hilang…..
Ga ngerti ya, kalo dulu mungkin hal-hal seperti itu bukan jadi urusanku, tapi sejak jadi Ibu, koq ya jadi concern sama hal-hal yang ga lazim kayak gitu. Dalam artian, saat ini aku makin kuatir sama lingkungan yang bakal membentuk anak-anakku kelak. Dari kecil InsyaAlloh, akan kami bekali mereka tuntutan yang sesuai agama, tapi ketika mereka diluar rumah? Jauh dari kami? Mungkin kami hanya bisa berdoa, “Ya Robb, lindungi anak-anakku dari gerusan jaman dan palingkan hati dan wajah mereka hanya pada agamaMu.”