Tuesday, December 13, 2005

Bahagianya Menjadi Abi

Penantian yang ditunggu-tunggu kan tiba. Tanggal 9 Oktober 2005 sore, aku, yayang (sebutan aku utk istri tercinta), papah dan mamah (mertua aku) pergi ke rumah sakit Budhi Jaya di Tebet, sesuai advis dokter Tz. Jacoeb agar sehari sebelum persalinan agar dirawat di rumah sakit. Perlengkapan persalinan memang sudah kami siapkan jauh-jauh hari jadi kami tinggal angkat tas saja. Pas adzan Maghrib tanda berbuka puasa berkumandang, sampailah kami di RS tersebut. Kami berbuka apa adanya, karena saya harus mengurus administrasinya terlebih dahulu, setelah itu yayang baru masuk kamar. Malamnya yayang harus berpuasa, karena besok pagi sudah di operasi caesar. Memang sebelumnya kami sudah tahu bahwa yayang harus di caesar karena dokter menyarankannya seperti itu setelah melihat kondisi2 tertentu. Bagi kami apa yang terbaik menurut dokter, kami ikuti saja.

Malamnya aku nginap di musholla di basement RS tersebut. Memang tak nyaman tidur di musholla itu, dengan udara yang agak pengap dan panas serta alas tikar sajadah yang agak kasar, namun apa boleh buat, karena memang di kelas 2 itu, tidak diperbolehkan pasien ditunggu keluarganya. Malamnya seperti biasa, aku melakukan sholat tarawih setelah itu aku tidur untuk kemudian dilanjutkan tengah malamnya sholat qiyamullail. Doa dan shalawat tak lupa saya panjatkan ke hadirat Illahi, semoga yayang dan bayi kami selamat tak kurang apapun jua. Alarm di hp berbunyi, tanda waktu untuk sahur. Bergegas aku mencari makan di warung. Selesai itu, aku mencari masjid yang masih buka, ternyata pada jam-jam sekitar 3.30 itu masjid masih tutup. Untungnya aku bertemu dengan pak haji pengurus masjid yang kebetulan lewat dan beliau langsung membuka pintu masjid sambil menanyakan aku darimana. Maklum dengan membawa tas ransel dan celana kargo, aku persis sebagai seorang pengembara. Asal jangan disangka teroris aja yaaa..hehehe...

Selesai shubuh dan mandi, aku ke lantai 3 ke tempat yayang dirawat. Aku besarkan hatinya supaya tetap tenang, tawakal dan jangan lupa selalu berdoa. Ada perasaan haru menyergap di sanubari. Jadi ingat mama yang melahirkan dan papa (almarhum). Tidak lama kemudian suster membawa yayang ke lantai 2 ruang observasi untuk dilakukan persiapan caesar. O ya...sebelumnya beberapa waktu yang lalu pada konsultasi dokter yang terakhir, aku pernah minta ke dokter agar kalau bisa menemani yayang selama dioperasi, namun dokter tidak mengijinkannya, padahal kepengeeen banget untuk bisa melihat langsung proses persalinan itu.

Saatnya untuk persalinan, pagi itu 10 Oktober 2005 atau bertepatan tanggal 6 Ramadhan 1426H...aku diminta keluar dan menunggu di ruang tunggu...tak berapa lama kemudian sekitar pukul 6 pagi , papah dan mamah datang ke rumah sakit. Saat-saat itu merupakan saat yang mendebarkan...moment menjadi seorang bapak...Masa menunggu itu, aku sholat dhuha dan hajat. Kurang lebih pukul 8 pagi, suster memanggil aku dan menyampaikan ucapan selamat..."Selamat pak, anaknya telah lahir dengan selamat pukul 7.55". Aku tanya : "Laki-laki atau perempuan, sus". Dia jawab : "Laki-laki". Aku mengucap syukur Alhamdulillah...papah dan mamah memeluk aku sambil mengucapkan selamat. Perasaan haru dan bahagia campur aduk menjadi satu. Akhirnya....sang bujangan dahulu....kini tlah menjadi bapak....Kemudian suster mempersilahkan aku untuk melihat bayi kami. Masya Allah, bayi kami terlihat putiiiihhh sekali..bener...matanya berkejap-kejap menatap wajah abinya...mulutnya berkomat-kamit...lalu aku adzankan dan iqamatkan di kedua telinganya....Berat bayi kami 3,7 kg dan panjangnya 50 cm. Selang beberapa waktu kemudian mama aku datang sendirian...dan menyampaikan selamat kepada aku. Ternyata Lalu aku diminta untuk mengisi registasi administrasi kelahiran...bayi kami...buah hati kami, kami beri nama Muhammad Ilman Zuhriy. Nama yang sudah kami persiapkan jauh hari. Artinya...semoga anak ini menjadi panutan seperti akhlaknya Rasulullah Muhammad SAW, sedangkan nama Ilman Zuhriy itu berarti kemegahan/kegemilangan orang yang berilmu. Semoga nama ini menjadi spirit bagi anak kami kelak dan ilmunya membawa manfaat bagi agama, orang tua dan kemaslahatan ummat...Amiiin ya Robbal 'Alamiiin. Maaf Bunda Mentari (maunya sih dipanggil Ummu Ilman) masih sibuk mengurus uda kecil, jadi dia minta Abinya yang mengisi catatan hariannya...maaf kalo kata2nya kurang pas...Salam dari kami buat teman2 semua.

Monday, September 19, 2005

KontrakSi PalSu




Belakangan ini lagi sering ngerasain apa yang dibuku sering dibilang sebagai kontraksi palsu. Kata yang udah ngerasain, perut rasanya mulas, persis seperti yang mo buang air atau seperti perempuan yang sedang haid (maap…buat kaum bapak yang ga pernah ngerasain…..mangkanya, jangan pada nyakitin perempuan, hihihi, feminis banget yak?!), bedanya sama kontraksi beneran adalah frekwensinya. Kalo kontraksi beneran frekwensinya sering, dah gitu bisa dibarengi dengan yang namanya pecah ketuban trus ada vlek darah, kalo udah kayak gitu, artinya sang makhluk kecil yang imoet, siap hadir di dunia.

Secara ini kehamilan pertama, jadi rasa keingintahuan dan keinginan melewati masa-masa kehamilan dengan sempurna, rasanya bener-bener dipuaskan. Salah satunya dengan baca buku-buku tentang kehamilan,nah…disalah satu buku referensi yang aku baca ada tentang kontraksi palsu ini, tapi aku ga nyangka bakal mengalaminya, soalnya problem kehamilan di trimester akhir ini hanya rasa beratnya badan yang imbasnya bikin lemes dan lelah yang luar biasa.
Seperti biasa aku bangun pagi sekitar pukul setengah 5 pagi, kejadiannya sekitar 3 minggu yang lalu. Perut ini rasanya kenceng banget, trus mulas yang ga abis-abis walaupun aku bawa rebahan sebentar. Dibilang mo B.A.B, rasanya bukan, rasa sakitnya tuh lebih seperti sakit perut mens. Untungnya karena kejadian masih pagi-pagi banget, jadi mas Indra mutusin bawa aku ke rumah sakit rujukan dokter kandungan aku. Lumayan jauh ya, karena kita tinggal di Pondok Gede, trus rumah sakitnya di Tebet (doh….berasa ya!). Kejadian di pagi itu buat kita berdua jadi dianggap simulasi ntar menghadapi saat-saat melahirkan. Alhamdulillah suamiku itu menghadapi semua dengan tenang banget (pokoknya beda banget sama aku yang udah ribut panik duluan). Serunya lagi waktu kita mo lewat tol, ternyata macet total (katanya ada tabrakan di daerah Cawang), maklum khan barengan orang-orang berangkat kerja. Walhasil kita ambil keputusan potong jalan lewat Halim. Duh….ini perut, rasanya ga mo kompromi. Sepanjang jalan aku cuma bisa berdoa, biar dikasih kesabaran, sementara dari dahi keringat segede biji jagung terus ngalir, ga kepengaruh sama nyala AC mobil. Sekali lagi, Alhamdulillah punya suami yang ga ikutan panik, malahan bikin tenang.

Nyampe rumah sakit, aku langsung dibawa ke UGD, trus langsung rekam jantungnya si Uda kecil. Alhamdulillah dia baek-baek aja. Usut punya usut, ternyata kontraksi itu gara-gara sehari sebelumnya di kantor ada latihan pemadam kebakaran (alamak!), itu lho…waktu sirene bunyi, semua yang ada di dalam gedung kantor, harus bertindak seolah-olah menyelamatkan diri. Karena latihannya ga pake skedul, jadi semua peserta ikutan jadi panik, termasuk aku yang ikutan jalan cepet menyelamatkan diri. Nah…itu yang bikin aku kontraksi keesokan harinya. Hehehe, ga nyangka ya…padahal perasaan aku ga ikutan lari kayak yang lain, haya jalan cepet aja. Koq bisa pengaruh yaaaa.
Berhubung, usia kandungannya belum cukup umur dan setelah dikasih obat dari anus kontraksinya ikutan hilang, jadi ga ada tindakan lebih lanjut yang mengharuskan aku melahirkan.

Jadi belajar banyak nih…ternyata kontraksi palsu itu mungkin terjadi dikala usia kehamilan mencapai bulan-bulan akhir masa kehamilan. Kontraksi palsu sering disebabkan bila sang ibu melakukan aktivitas yang membuat kelelahan dan ibu dalam kondisi tegang (ga nyaman deh pokoknya). Namun tidak seperti kontraksi akan melahirkan, frekwensi mulesnya relatif lebih lama, bisa setengah harian deh (dibanding kontraksi asli yang tiap jam).
Aku juga harus waspada jika kontraksi diikuti dengan keluarnya cairan (yang katanya warnanya seperti air cucian beras) dari jalan lahir diikuti adanya vlek. Nah…kalo dah gitu, mending langsung ke rumah sakit aja.
Tapi, ga smua perempuan hamil pernah merasakan yang namanya kontraksi, contohnya Wida, adikku. Waktu aku Tanya, “gimana sih rasanya mules kontraksi?” Dia hanya bilang, “ya…Teh….mana pernah gue ngerasain mules kontraksi, wong sama dokter langsung di belek (Caesar maksudnya).” Dasar!!!

Thursday, September 15, 2005

NerVous




“kapan cutinya Ta?”
“duh….dah besar banget yaaa perutnya, kapan lahiran?”

Gitu deh kalo reaksinya temen-temen (terutama) yang sering ketemu sama aku, begitu ngelihat perut aku yang (ga ngerti deh ini) dah guede buanget layaknya hamil 9 bulan. Padahal kalo menurut hitung-hitungan (hehehe, kayak orang mo hajatan aja yah..pake acara hitung-hitungan), saat ini nih baru masuk minggu ke-33 lebih beberapa hari (means 8 bulan lewat dikit lah ya). Emang sih, sejak hamil, dibandingkan ibu-ibu lain pada umumnya, tampilan aku itu lumayan dibilang lebih besar dari usia kehamilan pada umumnya. Jadi pernah seorang dokter yang bukan dokter kandungan aku sampe heran, waktu itu usia kandungan masih 3 bulan hampir 4 bulan, tapi tampilan kayak orang hamil 5 bulan (hah?!). Gitu juga waktu masuk usia kehamilan 7 bulan, yang disangka orang dah mo lahiran. Bete-nya lagi, baru juga masuk 7 bulan, temen-temen di kantor dah pada nanyain, “kapan cutinya Ta?” atau ada yang langsung menyimpulkan “lho….bukannya dah cuti?!”

Kalo dah kayak gitu, rasanya pengennnnn deh masang kertas karton di dada dan di punggung bertuliskan “masih 7 bulan, belon lahiran, doain aja yaaaaaa.”
Nervous. Cuma itu kata yang bisa menggambarkan respon aku saban ditanya sama semua temen-temen di kantor. Apalagi sejak masuk usia kandungan 8 bulan, yang kata buku sih…..kebanyakan ibu-ibu hamil memasuki masa kejenuhan atas kehamilannya. Mungkin karena perut semakin membesar dan badan makin berat trus ada perasaan ingin segera bertemu dengan anak yang dikandung selama ini. Ini kata buku lho……

Dari 3 Trimester yang aku jalanin, kayaknya paling berat justru trimester terakhir ini deh (hiks…kalo dah gini jadi berasa, betapa beratnya bunda telah mengandung kita…duh….maafin aku ya mamah……). Soalnya semuanya berasa ga enak, tidur dah ga enak, mo hadap kiri atau kanan, rasanya sama,…GA ENAK!!! Apalagi tidur terlentang. Trus, kalo berdiri, kayaknya keseimbangan badan ada yang berasa aneh, iyalah! wong, sekarang lebih berat ke depan (hehehe, kebayang deh tuh yang hamil kembar!!!).
Duduk juga gitu…ga bisa lama-lama, bawaannya punggung puegeeeeeelllll buangetttttt. Buat sholat juga gitu, perasaan kalo bangun dari duduk, rasanya…duh….badan ini koq berat banget ya…..ya gitu deh kalo keberatan body ;p.
Untungnya aku dah ngajuin cuti dari awal Oktober, tadinya mo abis tanggal 10 aja, tapi ngebayangin perjalanan yang harus ditempuh rasanya koq ga kuat ya. Itu juga dah diprotes sama mba Desi, temen curhat, kata dia, “ngapain loe kelamaan cuti nunggu lahiran, boring lho!” Hehehe, mba…buat aku mah, di rumah itu rasanya surga banget! Bisa tidur, makan, jalan-jalan ke mall (ups!).

Ya, mudah-mudahan aja semua bisa berjalan lancar, kalo pun masih harus nunggu beberapa lama lagi, paling engga aku bisa menunggu waktu itu dengan ceria ;p ga boring apalagi bete. Lagipula kayaknya ga mungkin deh….soalnya, keinginan buat ketemu sama makhluk imoet yang suka nendang-nendang perut aku, rasanya lebih besar dari rasa bosan yang sekarang juga ikutan menyergap. Jujur, nervous juga sih menghadapi “hari” itu, tapi inget pesan Fifin dan temen-temen yang lain, “yang penting loe pasrah dan menyerahkan semua sama Allah aja Ta, setelah segala yang loe dah lakukan.”
Iya…ya, emang hanya itu kali ya yang paling bener aku lakuin.

Kalo dah gini, lagu yang paling cocok buat jadi theme song "kisah diri" kali ini adalah.......Menghitung Hari-nya Krisdayanti (heu..heu...heu....).

Wednesday, August 31, 2005

Jarig




Ëh suamiku beliin aku hape N……A keluaran terbaru lho buat kado ultah ku!
Aku dibeliin kalung…bagusssssss deh…..
Semalem…suamiku ngajakin dinner di resto daerah Kemang sana, pokoknya yang tempatnya asik banget, trus dia kasih aku surprise, beliin aku arloji yang udah lama aku pengenin…duh….seneng banget tau ga siy….


Gini nih, kalo ulang tahun barengan banyak temen, trus yang temen-temennya tuh sering banget dapet surprise dari pasangannya masing-masing, dah gitu pamer lagi! (hehehe, ga ngiri koq pren…tenang ajah, cuman ngilerrrrrrr).
Hari-hari menjelang hari ulang tahun aku, sempat juga berkhayal, kira-kira……dikasih kejutan apa yaaaa sama suamiku nanti. Sejak menikah belum pernah aku dapet kado dari dia, biar gitu, Alhamdulillah…dia tetap yang pertama ngasih ucapan selamat, jadi belon lupa nih critanya sama ultah istri sendiri.

Udah dari 3 bulan kemaren aku sering nyindir sama suami, “kayaknya kalo ultah dibeliin sesuatu sama suami, seru kali yaaaaa, lagi butuh hape baru, flashdisk, tas baru” (weks!!banyak banget ya maunya ;p)
Respon suamiku…….cuma nyengir sambil berujar, “lagh, gaji khan dah disetor semua ke yayang, jadi tinggal beli aja yang yayang mau, kalo nunggu aku yang beliin, ntar ga cocok lagi.
Emang iya sih, tapi khan sekecil apapun kado itu, namanya dikasih sama orang yang kita sayang, berasanya mah kayak dapet undian semilyar!

Hingga tibalah hari ulang tahunku.
“nit…nit…nit….”bunyi alarm hape suamiku bunyi, membangunkannya tepat jam 00.00 dini hari.
hepi bertdey ya saying!”bisikan dan kecupan lembutnya yang mendarat di dahi membangunkan aku.
makasih ya mas”jawabku sambil tersenyum dipaksakan, maklum….nyawanya belon kumpul semua setelah dibangunin. Dengan mata masih sedikit buram, aku mencari-cari sesuatu yang mungkin disembunyikan dibalik badannya. “yah….ga ada apa-apa”batinku. Tapi engga lah, aku ga mau membuat dia jadi sedih. Mungkin memang begitu lah dia, apa adanya. Sebentar suamiku turun dari tempat tidur meraih sesuatu dari dalam tas ranselnya.
aku ga tau mo ngasih apa ke yayang, tapi aku tau, kalo ini pasti kepake sama yayang, ” sambil membuka bungkusan yang ujungnya dikasih pita (hehehe, imoet banget ya?! Tapi sumpah…antara warna kertas kado sama pitanya…ga matching banget!!!).
Yak ampun!!! Daster!!! Jadi inget, tadi waktu makan siang, sempat dapet telpon dari dia, katanya, “yang, kalo baju buat bobo tuh enakan kaos atau katun?” karena aku pikir dia lagi beli sesuatu buat dipakenya dan minta saran aku, aku jawab aja, “katun donk……”
Hehehe, sejak hamil, beberapa daster yang dulunya muat dibadan, belakangan jadi mulai berasa sesak dibeberapa bagian tubuh. Trus yang bikin suamiku rada gerah, dibeberapa bagian udah pada sobek. Aku memang belon sempat beli lagi yang baru, abis bawaannya khan lemes melulu. Ternyata siang itu sambil pergi makan siang, dia bela-belain masuk toko keluar toko hanya untuk membelikan sebuah daster buat aku! Kebayang aja betapa repotnya dia.

Terharu. Biar kadonya sederhana (banget), tapi paling engga itu bukti atensinya buat aku.
Tau ga Mas, biar kadonya ga semewah yang diberikan suami teman-temanku, buat aku justru Mas Indra lah hadiah (anugerah) terindah yang pernah kumiliki (cieeeee, jadi inget lagunya SO7). Mungkin aku jauh dari sosok seorang Siti Khadijah atau Aisyah atau Fatimah, paling tidak, doakan aku ya Mas, smoga aku bisa menjadi istri dan ibu yang baik buat Mas Indra dan anak-anak kita. Semoga juga Allah selalu melimpahkan kasih dan sayangNya kepada kita dan anak keturunan kita ya…Amien!

Makasih ya Allah, buat indahnya hidup yang Kau berikan kepada diri selama ini. Jadikan aku selalu hambaMu yang selalu bersyukur dikala lapang dan sempitku. Amien…..

Notes: makasih buat mba Hani….happy belated birthday yaaaa, afwan mba telat, soalnya, ga buka-buka kompi niy dah lama.

Wednesday, August 24, 2005

Udah Trimester 3 Negh.........;p




Kalo ada yang tanya, “gimana….kesan-kesannya dah 7 bulan kehamilan”. Aku pasti jawab (dan ga pake mikir lama lagi) “lemezzzzzz”. Hehehe, iya lho. Gara-gara sejak trimester awal sampai trimester 2 (Alhamdulillah) ga pernah ngerasain yang namanya mabok berat (maksudnya yang sampe bikin kegiatan rutin terhenti), aku dah optimis aja, kehamilan ini bakal dijalani dengan ceria. Buktinya, sampai mo masuk trimester 3, masih rajin yang namanya jalan, entah ke mall, entah ngurusin rumah, datang ke kondangan-kondangan. Biar naik public transport (angkot bouw!) juga, aku jabanin.
Tapi kalo sekarang……wuahhhh, semangat sih masih kenceng, maunya mah kalo bisa saban weekend harus kemana gituh (hehehe, sambil nyari perlengkapan buat si kakak), tapi….gilirannya dijalanin, duh……kayaknya dua kaki ini sulit bener diajak melangkah.

Sejak pertama kali dinyatakan hamil, sampai terakhir kemarin periksa, berat badan aku dah naik 14 kilo!!!! Hah?! Banyak ga sih?! Hehehe, ada yang bilang masih normal, tapi coba deh, kalo ada yang ketemu aku, pasti komentarnya, wahhhh…gede banget….salah ngitung kali….jangan-jangan anaknya kembar. Pokoknya semua jawaban jawabnya ENGGA. Perasaan makan juga ngejaga banget (makanya Alhamdulillah, badan dan kaki ga terlalu bengkak, tekanan darah juga masih dalam hitungan normal). Tapi gini ya, misalnya mo diet pun koq sepertinya tega banget yaaaa, kayaknya mengurangi asupan yang seharusnya ikut menjadi haknya si baby. Pokoknya dari segi makanan sih, InsyaAllah ngejaga banget (termasuk ngurangin konsumsi garam). Dibilang olah raga, gimana engga, wong kerja aja masih ber-angkot ria, yang untuk mencapai setopan angkotnya, masih harus jalan sekitar 500 meter (itu juga jalannya cocok banget buat hiking, rusak dan menanjak, maklumlah….jalan desa, hehehe), dan itu dilakukan saban hari! Jadi kalo dibilang kurang exercise, itu mah udah dilakukan (kecuali renang ajah yang sampai hari ini masih jadi obsesi terpendam, btw bole ga sih…hamil-hamil berenang?).

Alih-alih badan yang lemes gini, udah dua hari ini aku nyoba konsumsi madu. Sebelum aku hamil, kami berdua emang dah seneng konsumsi madu, buat jaga stamina aja. Tapi sejak ketahuan hamil, jadi brenti. Nah…karena koq lemesnya ga ilang-ilang, aku pikir mungkin ada baiknya aku konsumsi lagi. Awalnya sempet agak was-was, tapi setelah konsul sama dokter, dan ternyata bole-bole aja, hasilnya……Alhamdulillah banget, tadi pagi bangun tidur jadi lebih seger dari biasa.
Mudah-mudahan sampe due date-nya nanti, aku masih kuat yaaa, soalnya khan denger-denger buat ngelahirin itu butuh tenaga ekstra khan?! Ga ada salahnya donk persiapin hal yang satu itu juga.

Monday, August 08, 2005

Ketika Membuat Keputusan Besar Itu…….




Halllowwwwww……apa kabar sobatku smuaaaaaa, hehehe dah lama ga nge-blog. Suibuk tenan, cieeeeeee, kayak orang tenar aja. Tenanan, sibuknya juga berhubungan dengan judul di atas (ehem…ehem…). Kayak buku karangannya Anis Matta ya?! Emang bener! Buku itu ada setorinya sih. Dulu, waktu memutuskan untuk menikah, aku pernah dikasih buku itu oleh Pak Deddie, atasanku di kantor. Waktu itu, aku menghadap dia, bilang kalo aku mo nikah, trus rencananya waktu itu mo ngambil cuti yang lumayan lama buat persiapan sama setelahnya. Hummmm, inget banget, waktu itu dia cuma senyum, ikut seneng denger salah satu anak buahnya, akhirnya, menikah juga. Trus karena aku bilangnya sama dia menjelang makan siang, eh…..pulang dari makan siang, di meja kerja aku ada sebuah buku, yaaaa buku Anis Matta itu! Sama tanda tangan dari dia, dan sebaris tulisan, “buat Tita yang telah mengambil keputusan besar itu……”
Hehehe, ga nyambung khan......???

Nah……absen-nya aku di dunia per-blog-an (bukan persilatan, hehehe), salah satunya karena baru saja membuat keputusan besar lagi yang imbasnya aku jadi harus lebih konsentrasi sama kerjaan aku. Aku mo resign. InsyaAllah mo ngurus anak dan suami (doain yaaaaaaa, biar bisa istiqomah). Mengambil keputusan ini bukan tanpa pemikiran yang matang. Udah pasti, banyak godaannya. Tapi dengan keyakinan, Allah pasti bakal menunjukkan jalan-Nya buat kami dan memudahkan kami atas segala urusan, ya udah…..YAKIN…lah! Wong pak Deddie sampe bolak-balik nanya, “kamu yakin mo resign???”
Jadilah aku bikin siasat biar alasan resign-nya langsung di acc, tanpa ditanya macem-macem dan diragukan lagi.

Jadi kalo kemaren-kemaren absen lama banget, karena lumayan lama juga aku mikir, bikin strategi buat nego sama atasan, abis semua approve, baru deh, aku ngelarin tugas yang bentar lagi bakal aku tinggalin, trus juga bantuin pak Deddie nyari pengganti aku (yak….ada yg mo apply? Japri ya!). Belum lagi kerjaan-kerjaan lain diluar tugas pokok yang harus aku kelarin. Rencananya, abis ambil cuti melahirkan, langsung ga balik-balik lagi ke kantor. Tapi……kalo ada perubahan (kali aja, management lagi baek sama aku), smoga lebih cepat dari waktu yang udah direncanakan.

Minta maaf yaaaa kalo banyak pesan yang ga aku respon, plus keputusan meng-off-line khan YM untuk sementara waktu (iya lho, baru tersadar waktu TW nanya, “teh , ga pernah OL lagi koq…..?”). Hahaha, kayaknya seribu orang nih yang ngasih pertanyaan yang sama kayak gini.

Soal si kakak or uda kecil (apalah panggilannya….), Alhamdulillah, dia sehat, dah mulai ga bisa diem, trus abi-nya dah mulai bisa ngerasain gerakan-gerakan halus dari dalam perut (hehehe, akhirnya, setelah selama ini kehalangan lemak). Seneng liat mereka bisa berinteraksi (walaupun imbasnya buat aku, jadi bikin aku pengen pipis trus, hehehe) lewat usapan-usapan dan sentuhan-sentuhan yang sekarang dah mulai dibalas oleh bayi kecil kami (hehehe, mungkin dia pikir, abi-nya lagi ngajak dia main). Katanya ahli, baik memulai komunikasi sejak bayi masih di dalam kandungan (apalagi usianya dah 7 bulan sekarang). Rasanya dah ga sabar buat ketemu dia, 2 bulan lagi lah yau…….
Udah mulai berburu perlengkapan bayi nih, lucu ya…smuanya serba imoet-imoet, berasa beli pakaian buat boneka aja. Nyicil lah, biar ga kecapean juga, makin berat bo bawaannya, huahahaha……
Rencananya minggu depan mo cari info tentang breastfeeding di salah satu rumah sakit di Jakarta, katanya dokternya ahli dalam soal per-laktasi-an, dan yang paling penting, dia penganut ASI EKSKLUSIF sekale!!!! Hehehe, niat banget yah?! Biarin deh, mumpung semangatnya lagi kenceng.

Insya Allah, aku bakal tetep nge-blog, seneng soale sharing sama sobat semua. Take care and may Allah bless you all and your family.

Wednesday, July 06, 2005

Ketika Senja Tiba (renungan diri tentang pensiun)

Hari ini adalah hari terakhir salah seorang sahabat dalam mengabdi di kantor kami. Sedih ya, karena selama ini kita selalu bersama-sama. Tapi…..ya bagaimana lagi, setiap orang pasti akan memasuki masa ini, masa pensiun. Suka ga suka, kita harus menjalaninya.
Jujur, perasaan takut menghadapi masa itu juga pernah menghinggapi diri ini. Menjadi tua dan tidak berguna, terkadang bisa mematikan nyala api kehidupan yang seharusnya tetap ada hingga sang Khalik memanggil kita untuk kembali.
Jujur juga, perasaan ketakutan itu salah satunya menyangkut, bagaimana kehidupan kita pasca pensiun, yaitu soal jaminan kesehatan. Small thing but important. Soalnya khan kita ga pernah tau kapan hidup ini akan berakhir. Dan biasanya uang dari pensiun itu khan diharapkan bisa untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Nah, bagaimana dengan masalah kesehatan? Biasanya khan, ketika usia menjelang senja nanti, satu per satu nikmat yang diberikanNya, perlahan-lahan diambilNya. Contohnya, nikmat penglihatan, pendengaran, tubuh yang mulus dan molek. Ingat pernah ada sajak yang berbunyi begini,

Ketika pandangan mulai kabur,
Gigi mulai gugur,
Uban sudah mulai bertabur,
Tandanya diri sudah dekat kubur……


Satu persatu penyakit tua mulai menggerogoti. Uang yang kita kumpulkan pun akhirnya harus kita alokasikan buat menjaga apa yang namanya sehat. Syukur-syukur ga pake nyusahin anak apalagi orang lain.

Terkadang terlintas pikiran, “enak juga ya jadi pegawai negeri, terjamin sampe hari tua.”
Astaghfirullah!!! Aku koq jadi kufur gini yaaaaa, lupakah aku pada firmanNya,

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS 65 : 2 & 3)

Mempersiapkan diri untuk hari esok ga ada salahnya koq, memang kita harus tetap mempersiapkan diri. Namun, bila kita malahan melupakan bahwa ada yang lebih ber- Kuasa dan ber- Kehendak, hendaknya usaha tersebut juga diikuti tawakal atas kehendakNya. Biar selamet deh, hidup di dunia dan akhirat.

Ketika diri ini menyandarkan pada sesuatu yang nisbi, maka diri ini akan rapuh dan hancur. Namun ketika diri menyandarkan pada Yang Kekal, InsyaAllah, kita ga bakal takut akan apa yang bakal terjadi di masa
datang. Hanya saja aku berharap, sisa umur ini masih bisa bermanfaat, baik buat keluargaku maupun orang lain. Jadi hidup ini ga berasa sepi. Smoga………

Notes: Makasih ya Abi…buat diskusinya semalam, smoga Allah masih memberi kita waktu yang banyak buat saling mengingatkan.

Monday, July 04, 2005

Negeri Preman

Ini pengalaman kami dari pindahan Ahad lalu. Hummmm, ternyata di negara yang katanya penduduknya ramah-ramah, premanisme masih merajalela ya…..
Ceritanya, ahad lalu kami memindahkan sebagian kecil barang kami dari Duren Sawit ke rumah mungil kami di Jati Asih, Bekasi. Ga banyak, hanya sebuah tempat tidur ukuran nomor 2 dan sedikit perabotan rumah tangga yang terbilang kecil, seperti kompor, magic jar, piring, gelas, sendok garpu, dan….ceret tuit (itu lho….ceret air yang kalo airnya masak, kasih kode tuiiiiiiiitttttt…..tuiiiiiiittttttt hehehe).

Nah ceritanya, karena kebetulan ada tetangga yang baik mo meminjamkan mobil bak terbukanya untuk mengangkut barang-barang kami plus bantuin ngangkut, pagi-pagi kami dah berangkat. Yang berangkat duluan mas Indra, karena pertimbangan, aku lebih baik ikut mobil papah yang lebih nyaman buat aku dan si Uda kecil di dalam perut. Aku tiba di Jati Asih kira-kira sejam setelah mas Indra sampai duluan. Jadi waktu aku dateng, tempat tidurnya dah terpasang dengan rapi. Mas Indra cerita, waktu dia sampe di Jati Asih, tiba-tiba dari arah gerbang masuk menuju rumah kami, muncul orang-orang (kayaknya sih, orang-orang yang tinggal di sekitar komplek) memaksa untuk membantu. Berhubung yang mas Indra bawa hanya tempat tidur yang kira-kira masih bisa diangkut barengan dengan 2 orang tetangga dari Jatiwarna, jadi mas Indra menolak dengan halus tawaran dari orang-orang yang berdatangan tersebut.

Alhamdulillah, ga lama dah mo masuk Dzuhur, semua barang dah rapi masuk rumah. Berhubung pompa air belum dipasang, makanya kita masih minta air untuk sementara waktu sama masjid deket rumah. Nah, waktu mas Indra berangkat ke masjid buat sholat sekalian ambil air, dicegat sama orang-orang yang ngakunya penduduk sekitar situ. Aku sih ga tau apa yang mereka bicarakan, dari raut wajahnya mas Indra, kelihatannya sempat tegang, tapi trus salaman.
Balik dari masjid, aku tanya apa gerangan yang terjadi, ternyata menurut mas Indra, orang-orang yang mengaku penduduk sekitar situ, agak ga suka ketika kita menurunkan barang-barang tanpa minta bantuan mereka. Mas Indra sempat nanya, apa ada peraturan yang mengharuskan seperti itu (maklum, namanya orang baru khan harus menyesuaikan sama lingkungan yang baru), ternyata mereka bilang, engga, hanya diminta pengertiannya aja. Lucu ya, pertama, barang-barang yang kita angkut ga banyak, dan emang cukup dibawa sama mas Indra dan tetangga dari Jatiwarna yang ikut bantuin. Sampe-sampe mas Indra bilang, “apa kalo saya bawa ceret…apa harus dibawain juga????” Kedua, apakah ungkapan peduli sama penduduk sekitar, kita harus selalu minta bantuan sama mereka dalam melakukan segala hal? Bukan jumlah uangnya, tapi….koq sedikit maksa gitu yaaaaaa. Bukannya kita seharusnya masih punya pilihan buat melakukannya sendiri dan sesuai dengan kemampuan kita?

Hehehe, jadi inget crita sahabat sekantor yang ketika pindahan juga dapat perlakuan yang sama dari penduduk sekitar. Kalo dia kasusnya karena dia ga memanfaatkan penduduk sekitar sebagai kuli untuk renovasi rumahnya, malahan make jasa pamannya dari kampung, yang notabene ngirit di ongkos. Sampe-sampe temenku itu ngaku-ngaku dari keluarga TNI (hehehe, masih laku ya mas…hari gini gitu lho!) biar ga dirusuhin mereka lagi dalam merenovasi rumahnya. Atau denger crita dari temen mas Indra yang harus rela bayar charge (yang lumayan gede juga) dari tiap-tiap batu bata yang diangkutnya ke dalam komplek rumahnya (kebayang khan kalo ada 1000 biji batu bata!).
Gejala apa sih ini? Kayaknya kita sebagai pendatang juga ga mau sok-sok an, apalagi sombong-sombongan. Kita juga mau koq berbaur sama penduduk lama. Trus, apa yang namanya merangkul penduduk sekitar itu, kita harus ga punya pilihan dan harus mengorbankan keuangan kita sendiri yang jelas-jelas dah diatur atas pos-pos-nya tersendiri (hihihi, dasar ibu-ibu, mo-nya ngiriiiiiiiiiiiit trus).
Trus yang bikin bete, itu lho…..koq bisa ya, muncul tentara-tentara sipil yang alih-alih mengamankan masyarakat dengan mengatas namakan penduduk asli, tapi kelakuannya malahan bikin syerem masyarakat asli sendiri. Trus koq yang kayak ghitu masih bisa tumbuh subur ya di kota ini.

Thursday, June 23, 2005

Masuk Tipi

Kemaren pagi-pagi, si Nugie adik lelaki satu-satunya kami sibuk beratttt, ga seperti biasanya. Sambil nyiapin jas tutup, Lokcan, Liskol, dan sepatu hitamnya. Barangkali banyak yang masih asing dengan istilah Lokcan dan Liskol, ya kedua benda tersebut adalah perlengkapan baju abang Jakarta yang berupa tutup kepala (kalo orang Jawa bilang blangkon) sama selendang buat diikat dipinggangnya.
“gue ntar malem masuk tifi Teh…nonton yak!” ujarnya sambil tangannya ga berhenti masuk-masukin barang-barangnya ke tas kerjanya. Aku cuma nyengir dengernya. Si Nugie adik lelaki kami itu kemarin ini iseng ikutan Pemilihan Abnon Jakarta Timur, katanya mah hanya buat jajal kemampuan sekaligus biar diaku jadi orang Jakarta (hehehe, naïf yaaaa). Ga ngerti gimana, Alhamdulillah dia bisa ke final, walaupun akhirnya ga menang (kata dia…”tampang gue terlalu Melayu Teh! dan pendek….;p”). Keluarga ikut ngedukung, karena kita pikir positif ya….lumayan lah…dia jadi berani tampil ke depan audience (walaupun tetep…dengan gaya garingnya). Ya udah….resikonya jadi harus hadir disetiap kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya sama promo budaya Betawi. Trus dia titip pesan sponsor buat sodara-sodara lain biar nonton dia, dan mulailah aku ber-sms ria sama sepupu, dan tante-tante, promo biar nonton Nugie di Trans TV malam tanggal 22 Juni.

Pulang kantor, aku nge-remind pengumuman nonton si Nugie di Trans TV, kebayakan tante-tante nanyain, “sebagai apa? Ikut diwawancara gituh bareng Pak Gubernur?” Hehehe, padahal aku sendiri ga ngerti, soalnya info dari Nugie juga ga jelas, dia hanya bilang,”gue masuk tifi!” hanya seneng aja liat raut mukanya dia yang keliatan banget kalo dia seneng, bisa masuk tifi (soalnya dia masuk tifi cuma waktu dulu bareng Bu Kasur). Biarin deh.....biar dia seneng, lagian khan jarang-jarang ada kesempatan kayak gini.

Dari sore, aku dah wanti-wanti sama si Wanti, yang ngebantu di rumah, pokoknya jam 21.00 teng…tifi harus dipanteng di Trans TV. Mas Indra juga dah aku larang nonton Dunia Dalam Berita, demi liat Nugie di tifi. Jam 20.00 berlalu, perasaan lama banget ya…tumben-tumbenan aku jadi betah manteng di depan tifi. Jam 20.30, “ah…bentar lagi”, gitu pikirku. Sampe akhirnya…jam 21.00. Jreng…jreng…jreng…. Pertama-tama muncul Farhan, sang host barengan sama gitarisnya Slank (ohhh…ternyata acaranya buat ntar malem jam 23.00), trus dibelakangnya Farhan……….eh…bener ternyata ada finalis Abnon. Tapi……mana si Nugie yaaaaa…..yak ampun…..tuh anak ditaronya dibelakang None yang tinggi. Walhasil, dengan posturnya yang imoet itu, jadi perlu perjuangan buat merhatiin dia, huahahahaha. Mas Indra kesel sendiri, “yang mana sih…aku koq ga bisa liat!” “tuh….yang giginya keliatan” aku bilang. Hahaha, kalo ga nyengir, ga ngenalin kali kita, senyumnya emang khas banget….senyum yang bikin kami masih sering menganggapnya sebagai adik kecil kami. Hehehe, cuma sebentar thoh….tapi kami masih berharap jam 23.00 nanti bisa lihat dia dengan lebih jelas lagi. Sambil ngobrol nunggu acaranya Farhan tayang, beberapa orang tante telpon, nanya…..”yang mana sih Nugie…koq ga keliatan.” Tuh khan…aku pikir juga apa, ga keliatan khan.
Walhasil, dari sekian banyak shoot, Nugie mah keliatannya dikit banget, itu juga kalo ga melotot bener-bener di layar, ga mungkin bisa liat dia.

Tadi pagi, waktu dia mo berangkat kerja, dia cuma senyum-senyum, sok imoet (tetep dengan gaya pedenya) “ada khan Teh Nugie …..akhirnya…jadi juga gue masuk tifi” aku cuma nyengir ngebales. Aku jawab kalem, “iya ada……tapi kayak The Flash…..”. Ah….dasar si Nugie, polos banget sih kamu dik!

Wednesday, June 15, 2005

Bahasa Cinta (saatnya mengajak si Uda kecil berkomunikasi)




Banyak ahli yang bilang jika pendidikan bagi seorang anak itu sebaiknya dimulai sejak si anak masih di dalam kandungan. Sounds impossible ya…soalnya khan, gimana janin mo denger, wong dia terhalang terbungkus amnion dan terletak dalam rahim yang kokoh, belum lagi kalo perut ibunya yang tebal (yang ini gara-gara kebanyakan lemak, hehehe, seperti aku *mode wink*). Tapi…itulah kebesaran Allah, even janin yang imoet dan tak berdaya itu, ternyata mereka diberi kemampuan untuk bisa mendengar suara yang jauh dari jangkauan mereka.

Seorang sahabat, ketika dia mengandung anaknya, seringkali kudengar dia berbicara pada bayi yang kala itu masih berada di dalam perutnya, katanya, “nak….nanti kalo lahir jangan nyusahin ibu sama bapak yaaaa”, waktu itu dia habis cerita kalo anaknya kelak diperkirakan akan dilahirkan lewat operasi caesar, yang pastinya membutuhkan dana yang ga sedikit, padahal waktu itu suami sobatku itu masih menganggur. Entah karena anak itu memang mendengar, atau doanya didengar Allah, akhirnya dia bisa melahirkan anaknya itu normal dan selamat. Subhanalloh ya!

Lain lagi cerita Gagah, anak adikku. Sejak masih di dalam kandungan dia sering ditinggal bapaknya tugas berjauhan dengan ibunya, jadi mau ga mau adikku harus mengatasi segala permasalahan sendiri, termasuk persoalan yang timbul selama masa kehamilannya. Ketika kehamilannya telah mencapai trimester kedua, bapak si Gagah, sering membisikkan pada anaknya yang masih didalam perut ibunya, ketika dia pamit hendak bertugas dengan kata-kata, “nak…..jangan nakal yaaaa, harus nurut sama ibu, jaga dan temani ibu selama bapak tugas yaaaaa.”
Percaya ga percaya, anak itu sepertinya sudah terbiasa untuk diajak berkompromi. Kalo mo ditinggal ibunya ke kantor, lazimnya anak-anak seumur dia, pasti ngamuk, ngambek, dan melarang ibunya pergi. Adik saya hanya sebentar memberinya pengertian, “ibu khan harus berangkat kerja, nyari uang buat Gagah sekolah, nanti sore kita main sampai puas yaaa, nanti ibu telpon Gagah dari kantor….” amazing, dia nurut!

Pasti pernah denger donk tentang faedah musik klasik dalam menstimulasi kecerdasan anak, beberapa orang sobat-sobatku di kantor pernah mencoba, ga ngerti gimana hasilnya, yang pasti ada beberapa anaknya sobat yang untuk me-nina-bobo-kannya cukup dengan memperdengarkan musik klasik, anak-anak mereka langsung tertidur dengan pulas. Artinya, mungkin karena mereka terbiasa mendengarkan musik tersebut sejak masih dalam perut ibunya (walaupun aku sendiri ga mempraktekannya, abis gimana ya…ga doyan musik klasik siyyyy, heuheuheu).

Hehehe, kalo kami sendiri, sekarang ini lagi seneng membangun komunikasi dengan si Uda kecil. Sesuatu yang kami sebut sebagai Bahasa Cinta, caranya……yang pasti saban Abi-nya berangkat kerja, dia pasti ngusap-ngusap perut buncit ini, sambil bilang, “Abi berangkat yaaaa, doain Abi biar dapet rizki yang halal dan banyak” gitu katanya sambil mengecup perut buncit ini. Kadang-kadang, anaknya membalas dengan kedutan halus, yang bikin aku kegelian sendiri.
Trus, sometimes di kantor, ketika aku sedang sibuk kerja, si Uda kecil ini lonjak-lonjak sendiri di dalam perut. Kalo udah gitu, aku suka jahil sendiri, aku balas gerakannya dengan gelitik halus tiga jari di bawah pusar, ehhhhh….dia ngebales lho!!!! Dengan kedutan yang ga hanya sekali, tapi bisa beberapa kali. Kata temen-temen yang sudah pernah hamil lebih dulu, bayiku ini sedang renang-renang, mencari posisi yang nyaman buat dirinya. Paling tidak, responnya tersebut menandakan bahwa si Uda kecil mau diajak berkomunikasi dengan kami orang tuanya.
Kalo udah gitu, aku langsung telpon Abinya, trus mike teleponnya aku dekatkan di perut buncitku, paling Abinya trus bilangin anaknya, “jangan lonjak-lonjak trus ya nak…kasihan Ummi-nya, ntar kebelet pipis trus” hahahaha, padahal kalo si Uda kecil ga gerak, aku paniknya setengah mati.
Stimulasi dengan sentuhan di perut ibu (kata buku) bisa menstimulasi kecerdasan bayi sejak dini (sekali lagi, kata buku lhoooo).
Trus dari sekarang nih (sejak si Uda kecil bergerak-gerak), setiap akan melakukan sesuatu, aku selalu mengajaknya lewat sapaan aku, sebab kata nini (adik kakek-bahasa Sunda), ini juga salah satu cara untuk mengajak si anak berkomunikasi sejak dini, jadi…bila hendak makan, sholat, tilawah, maupun hendak pergi kemana pun, aku selalu menyapanya dengan, “nak…kita makan dulu yuk…kamu makan yang banyak yaaaa” atau, “kita sholat dulu ya nak”, yah…mudah-mudahan aja, sejak dini sudah bisa aku kenalkan dengan Islam, sebagai agamanya kelak.

Ya buat kami berdua, sentuhan dan sapaan adalah Bahasa Cinta yang menjembatani komunikasi antara kami dengan si Uda kecil. Dengan menstimulasi anak kita sejak masih di dalam kandungan dengan sapa dan sentuhan, artinya kita telah membangun suatu komunikasi sejak dini dengan mereka dan membuat hubungan antara anak dengan orang tuanya semakin dekat dan hangat (cieeeeeeee, kompor kali!).

Hal lain kami belajar, ternyata membuat anak gemar membaca juga katanya…..bisa diajarkan sejak dini, biasanya ibu yang semasa hamilnya gemar membaca, InsyaAllah anak-anaknya kelak akan ikut gemar membaca (yang ini dah pernah dibuktikan oleh salah seorang sobat).
Jadi kalo ingin anaknya gemar membaca, better kita juga harus gemar membaca sejak dia masih dalam perut kita.

Friday, June 10, 2005

Kabar dari Dalam Perut

Mo weekend lagi yaaaa, makasih sebelumnya buat tante-tante yang dah mo sowan ke beranda kami, maaf yaaaaa, yang punya rumah ga pernah ada di tempat mulu, trus ga segera bikin kunjungan balasan lagih (hehehe), sibuk? Ya…biasa lah, namanya juga serdadu, masih disuruh-suruh trus niy ;)

Hehehe, pada pengen denger kabarnya si kakak ya? Si kakak Alhamdulillah baek, Kamis minggu lalu dah di USG lagi (belon sempet di launch niy fotonya, soalnya ketinggalan di rumah mamah), Alhamdulillah he’s fine (ups!), hehehe iya nih….waktu di USG dengan pedenya dia sudah memperkenalkan sedikit demi sedikit keberadaannya di dunia, jadi menurut dokter, berdasarkan hasil foto USG (yang sampe detik ini dan mas Indra ga pernah habis pikir, koq bisa yaaaa gambar hitam gitu kebaca, hihihi), ternyata He’s A BOY!!!!
Kakinya dah mulai nendang-nendang, dikasih liat rahangnya juga, harusnya di umurnya yang 20 minggu ini, rambutnya sedikit-sedikit dah mulai tumbuh. Pengennya sih bisa USG 4 dimensi, biar bisa liat lebih jelas lagih, tapi mahal euy! Ngumpulin duit dulu ah…..(huahahahaha). Katanya bagus ya kalo USG 4 dimensi, jadi si bayi bisa terpantau dengan lebih jelas lagi.
Satu hal yang bikin Ummi sama Abi-nya sedih, di usianya yang 20 minggu kemarin, berat si kakak (atau Uda yaaaaa, *mode thinking on*) kurang dikit dari janin-janin seusianya, berat dia 434 gr, kalo menurut dokter dan salah satu buku yang aku baca, masih tergolong normal, berhubung dokter kami ini senengnya sama bayi-bayi yang gede, katanya masih kurang 66 gr lagi. Lucunya, aku ga disuruh ngejar lewat kuantitas makanan, kata dokternya, “biar Ibu makan sebakul juga ga ngejar cepet, mending makan kue tart aja ya, yang kalorinya banyak.” Nah, baru tau nih, ternyata kue tart itu bisa naikkin kalori dalam waktu singkat. Soalnya aku hanya di targetin selama sebulan ini ajah. Ya terpaksa deh, yang dulunya ga doyan banget sama yang namanya kue tart atau segala sesuatu yang berasa manis, mau ga mau harus didoyanin juga, demi anak (tuh…..gimana coba pengorbanan seorang bunda….”maafin aku ya mah…yang selalu nyusahin mamah”, hiks, jadi inget mamah.).
O iya, penyebab berat janin yang kurang itu bukan karena ibunya ga doyan makan, sama sekali engga. Salah satu penyebabnya, kata dokter adalah kondisi plasenta si ibu yang kurang baik, jadi penyampaian makanan ke janin ga bisa optimal. Kalo yang ini mah, masalah hormonal ya, jadi ga bisa instant diperbaiki. Gaya hidup dan pola makan sang Ibu jauh sebelum dia mengandung, banyak berpengaruh. Makanya nih sobat…cuman pengen pesen aja, mumpung masih muda dan belum mengandung, makanlah makanan yang bergizi. Trus bukannya bermaksud musuhan sama restoran fast food dan makanan instant yaaaaa, better, konsumsi untuk jenis-jenis makanan di atas mending dikurangi aja, mending lebih memilih makanan yang alami dan segar. Trus, biasakan gaya hidup sehat, hidup dijalani dengan penuh syukur dan pasrah kepada Allah sang Maha Kuasa. Ummm….itu aja sih sedikit saran.

Di umurnya yang sekarang ini, si kakak (eh…si Uda) dah sering banget bergerak-gerak, gerakannya tuh seperti kedutan, atau kayak ada yang berenang gitu di perut, lucu ya! Kalo dia ga gerak, Ummi-nya panik, padahal khan ga selamanya dia gerak ya, hehehe maklum, baru sekali ini mengandung, jadi masih kebawa sifat panikannya. Untung mas Indra suka ngomong gini kalo aku panik “udah napa sih yang…anaknya tuh lagi bobo, jangan disuruh gerak aja”, hehehe, aku pikir tuh, namanya bayi gerak, ya gerak sepanjang hari ;p.

Doain aja dia sehat terus hingga saatnya hadir di dunia (InsyaAllah) akhir Oktober nanti. Btw, aku lagi sibuk nentir anak kuliahan yang bakal gantiin aku temporary nih, jadi musti jaga kelakuan, biar aku keliatannya rajin bekerja (hehehe, biar dicontoh sama dia), padahal mah….nge-blog sama maenan internet mulu yaaaaa.

Have a nice weekend yaaaa buat semua, smoga selalu dalam lindungan Allah SWT buat sobat-sobat semua. Amien.

Tuesday, June 07, 2005

Secuil Kepiluan dari Sudut Metropolitan

Tadi pagi trima email ini dari seorang sahabat………

Salemba, Warta Kota

PEJABAT Jakarta seperti ditampar. Seorang warganya harus menggendong
mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah.

Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta Bogor pun geger
Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono
38 thn) tengah menggendong mayat anaknya, Khaerunisa (3 thn). Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan
jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta,
lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.

Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari
terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. "Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari". Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama
sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski
Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski
hanya terbaring digerobak ayahnya.

Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada
siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Muriski berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono
berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di
sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.

Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet.
Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka,
biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah
meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar
penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke
kantor polisi Tebet.
Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang
ambulans hitam.

Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan. Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku.
Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor. Para
pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.

Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. "Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa. Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia", ujarnya.

Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz,mengatakan peristiwa
itu seharusnya tidak terjadi jika pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang tidak mampu. Yang terjadi selama ini, pemerintah hanya memerangi kemiskinan, tidak mengurusi orang miskin kata Wardah.


Kenapa disela klaim Pemerintah tentang keberhasilan pembangunan masih ada rakyatnya yang harus menerima perlakuan seperti ini.
Kenapa di negara yang mayoritas penduduknya Muslim, sebuah fardhu kifayah menjadi sesuatu yang dinafikkan.
Kenapa di negara yang katanya menyembah Tuhan YME menjadikan hedonisme dan materialisme sebagai Tuhannya.
Kemana kita….dimana kita…..lupakah kita akan kepulangan kita kelak…….

Robb…. ampuni kami atas segala kebutaan dan ketulian kami kepada saudara kami sendiri…….
Robb.....pantaslah jika kau azab bangsa ini dengan segala bentuk malapetaka.....ampuni kami duhai Allah Yang Maha Rahman.....maafkan kami duhai Allah Yang Maha Rahiem....

Friday, May 27, 2005

SoTo




Bukan karena bawaan hamil, pun karena ngidam, belakangan ini aku lagi keranjingan soto. Soto apa aja deh, tapi kalo soto ayam paling suka (itu lho….yang ga pake santan).
Pokoknya saban pagi diusahain beli soto ayam trus buat sarapan di kantor (sampe sama tukangnya dah dikasih member card, hehehe).
Gara-gara sering nyoba-nyoba tukang soto yang dagang di seputaran Halim, aku jadi sedikit banyak tau, bahwa ternyata Indonesia itu kaya akan resep soto. Walaupun racikannya mah ga jauh beda antara khas daerah satu dengan daerah lainnya, tapi ternyata kalo mo dicari dan digali lagi (cieeee, emang tukang sumur!) ternyata banyak banget macamnya. Isinya mah kurang lebih sama, daging (bisa sampi bisa ayam), bihun (atau soun), toge (bisa yang panjang bisa yang pendek), tomat, sisanya mah variasi, kadang dipakein telur ayam. Trus kuahnya juga beda-beda, sebagian daerah pake santan (seperti Jakarta).
Ini buktinya Indonesia itu kaya sama variasi soto, contohnya, bisa ga bedain antara Soto Kudus sama Soto Ayam Madura dan Soto Ayam Surabaya (yang ini nih, suka saling nge-klaim antara orang Madura sama Surabaya, padahal mah sama aja racikannya, hehehe). Trus Soto Lamongan, Soto Bangkong (yang ini punyanya orang Semarang). Trus ada lagi sroto sokaraja (yang ini unik banget, tapi enak tenan……slurpppp) dari Puerto Rico eh…Purwokerto deng, hahaha. Yang rada beda mungkin soto Bandung, soalnya isinya beda dari daerah lainnya, lobak sama kacang kedele. Soto Jakarta juga beda, soalnya pake santan dan isinya jeroan (hiiiiii, musuhnya orang kolesterol).

Nyebrang dikit ke Sumatera, ada soto Padang sama soto Medan. Yang pasti seperti masakan Sumatera pada umumnya, soto daerah ini full rempah!!!
Trus di Medan atau orang Melayu pada umumnya, ada yang namanya Laksa, menurut aku sih racikannya sama dengan soto ayam, bedanya masakan ini pake santan, jadi gurih buanget.
Nyebrang jauhan dikit, ada yang namanya coto Makasar, isinya….hummmmmm iga sampi, enak sih, lemak nian kalo orang Medan bilang.

Sebagai penggemar soto, hampir semua yang aku sebutin dah pernah aku cobain, kalo ada yang kelupaan, pastinya karena emang aku belon pernah nyoba (hehehe, ditunggu kiriman rantangnya dari yang tau jenis lainnya!).

Nahhhhh, buat weekend ini, aku mo berbagi resep warisan mertua, yang kalo dia yang buat sih enak ya…..ga tau kalo beda tangan. Soto Padang, yang bikin unik, daging atau paru yang dijadikan isinya harus kriuk-kriuk di mulut.
Ini resepnya:

Soto Padang
Bahan:
600 gr daging (bisa diganti paru)
2 bh pekak
2 bh kapulaga
2 bh cengkeh
1 ltr air
minyak untuk menggoreng

Bumbu perebus daging:
2 siung bawang putih
1 sdt ketumbar
1 sdt garam

Haluskan:
8 btr bawang merah
5 siung bawang putih
3 cm kunyit
2 cm lengkuas
2 btg sereh, ambil bagian putihnya memarkan
4 lbr daun jeruk
2 lbr daun salam
garam dan merica secukupnya

Cara membuat:
· Rebus daging dalam bumbu perebus hingga empuk. Angkat dari kaldu, potong tipis dan goreng hingga renyah.
· Tumis bumbu halus hingga harum masukkan kedalam kaldu, tambahkan cengkeh, kapulaga, daun jeruk, daun salam, sereh, garam dan merica. Masukkan daging kembali ke dalam kaldu dan didihkan
· Angkat dan sajikan dengan pelengkapnya :

Ø 50 gr soun
Ø perkedel
Ø daun bawang, iris tipis
Ø jeruk nipis
Ø kerupuk merah (yang biasa buat asinan tuh, bukan yg buat gado-gado ya...)
Ø sambal goreng

Met nyoba, dan have a nice weekend buat semua............;)

Thursday, May 26, 2005

Sebuah Episode dalam Mikrolet




Di suatu pagi yang cerah, dimana matahari bersinar dengan bersahabat. Bau tanah tersiram hujan semalam masih tercium, pagi yang sejuk membuat udara berasa nyaman di badan. Sepasang suami istri bergegas keluar dari rumahnya untuk memulai rutinitas di hari ini. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, jalanan masih sepi, hanya satu dua kendaraan saja yang baru lewat, denger-denger hari ini anak-anak sekolah di Jakarta sedang pekan ujian (pantesan……;)). Si istri melambaikan tangan pada sebuah mikrolet yang melintas, hummmm……”dah rame juga yaaa” begitu pikirnya, lima orang anak SMU (dikenali dari seragam yang mereka kenakan) duduk rapi. Beberapa diantaranya sambil membaca buku pelajaran, “mo ujian kali yaaa” begitu bisik si istri pada si suami. Si suami hanya mengangguk pelan, sambil bergeser ke pojok, memberi tempat buat penumpang lain yang beru masuk. Dari seragamnya si Ibu itu pastilah seseorang yang bekerja di instansi pemerintahan. Sekali lagi, waktu masih menunjukkan pukul 6 lebih dikit. Semua diam, hanya saling pandang diantara penumpang, entah apa yang terbersit di pikiran mereka masing-masing.
And the story begins……..
10 menit kemudian. Laju mikrolet terhenti di depan kantor PAM. Awalnya mungkin semua penumpang dalam kendaraan itu menganggap kejadian yang biasa, soalnya dua ratus meter dari awal kemacetan terjadi tersebut, ada pembangunan jembatan yang sudah setahun ini gak kelar-kelar. Selentingan kabar bilang, kontraktornya kabur, tapi ada yang bilang lagi masalah sama pembebasan tanahnya. Ah, sutralah! Smoga ga macet total, mungkin itu juga yang dipinta dalam hati seluruh penumpang mikrolet.
Mikrolet yang semula berjalan perlahan, akhirnya betul-betul berhenti. TOTAL!!! 5 menit….10 menit…..15 menit……anak-anak SMA yang tadinya memanfaatkan macet dengan belajar, langsung menutup bukunya. Kecemasan terdengar dari celoteh mereka,
Siswa 1, “duh…gimana kalo telat nih?”
Siswa 2, “tenang aja, gue pernah koq macet kayak gini, paling kita nyampe jam 7 lewat 1, masih boleh masuk koq” ujarnya berusaha menenangkan temannya.
Siswa 1, “gue takut dikonci-in nih, atau disuruh lari keliling lapangan” hehehe, ohhh rupanya dia takut kena hukuman ya. Ga pa-pa sih benernya, asal jangan disuruh pulang aja, kasian khan, rugi waktu dan rugi pelajaran.
Sementara di sudut mikrolet lainnya, 2 orang anak lelaki juga ikutan membahas imbas kemacetan itu,
Siswa 3, “sial…..mana gue lagi niat sekolah lagih, tau gini khan kita cabut ajah!” ini anak emang kayaknya ga niat sekolah, soalnya dari tampilannya aja dah keliatan ga niat gituh (hehehe, ga boleh ya nuduh gitu? Don’t judge book from it’s cover, katanya).
Siswa 4, “alahhhhhh, cabut mah cabut aja yuk! Kebeneran lagih!” lho?! (heu heu heu no comment ah!).

Sementara si suami cuma memandang si istri dengan senyum kecut, tangannya sibuk ber-sms ria, ketika dilirik oleh si istri, tulisannya berbunyi ,”tolong absenin donk….Dermaga macet nih…..” duh kasian ya suaminya.

Kemacetan makin menggila, mobil pribadi, metromini, mikrolet, bajaj, saling berebutan untuk sebuah celah kecil agar dapat keluar dari kemacetan. Yang bikin tambah parah motor, enak aja mereka selap-selip diantara mobil-mobil. Giliran ada celah sedikit buat mobil lewat, segera motor-motor itu menghalangi jalan, menambah keruwetan jalan yang emang udah ruwet. Sesekali ada teriakan dari polisi cepek, yang bukannya nambah lancar, malah nambah keruh suasana.

“Woiiiii, kira-kira donk bawa motor!!!” seorang pengendara mobil meneriaki motor yang menyenggol kaca spion mobil tersebut. Sulit dipercaya, yang berteriak itu seorang laki-laki dengan berdasi dan sisiran rapi. Pastinya orang yang berpendidikan ya. Tapi….yang naik motor juga (koq ga tega ngomongnya yah) kayaknya sama aja, udah nyenggol, ga pake say maap, langsung kabur ga nengok-nengok lagi ke belakang. “Hummmmm……lama-lama kita orang bisa jadi psikopat nih”, gitu gumam seorang ibu yang duduk dekat pintu.

Suasana makin ga jelas, bunyi klakson dan teriakan orang-orang yang ngatur jalan saling adu keras. Kejadian tambah seru ketika mikrolet terhenti di tengah-tengah jalan, karena jalanannya baru saja digali untuk keperluan proyek jembatan. “Sabar woiiiii, saya juga mo cepet-cepet, kasih jalan donk, kasian nih anak-anak sekolah di mobil saya, mereka mo ujian tau!” teriak si supir mikrolet kesal menimpali teriakan orang-orang yang bukannya menolong mobil yang hampir terperosok, malahan nyuruh mobil cepat-cepat jalan.
Alhamdulillah, si supir berhasil keluar dari galian tersebut setelah menekan gas dengan kencang, terdengar helaan nafas dari para penumpang, anak-anak SMA itu saling berpandangan, berharap waktu masih berpihak kepada mereka.

Si istri merapat ke tubuh suaminya yang duduk tepat disampingnya, “mas, orang-orang koq makin barbar ya” ujarnya setengah berbisik. Suaminya hanya mengangguk pelan. Mata mereka iba pada anak-anak sekolah yang terpaksa terlambat, bukan karena kesengajaan mereka. Kejadian seperti ini kerap terjadi terutama sejak terbengkalainya proyek jembatan itu. Ga ngerti siapa yang harus disalahkan, kontraktornya kah? pemerintahnya kah? polisi cepeknya kah?
Seandainya proyek itu cepat diselesaikan, mungkin adik-adik kita yang masih sekolah tidak perlu olah raga “lari” keliling lapangan dulu karena telat, atau bahkan adik-adik kita tidak perlu pulang lagi kerumah lantaran gerbang sekolahnya sudah digembok. Seandainya proyek tersebut tidak terbengkalai, mungkin bapak-bapak dan ibu-ibu yang hendak berangkat kerja tidak perlu senewen duluan menghadapi kemacetan jalan. Seandainya semua orang mau bersabar, mungkin ga perlu ada kemacetan.
Seandainya…..seandainya……seandainya……..(seandainya saya punya mobil, mungkin bisa milih jalanan yang ga macet ;p)


terinspirasi oleh keprihatinan akan ga jadi-jadinya proyek jembatan di Jl.Dermaga, Duren Sawit
Nama pelaku sengaja disamarkan (soalnya emang ga kenal sih .....hi hi hi)

Wednesday, May 25, 2005

Belajar Jadi Tukang (hehehe)




Back from liburan seru! Hehehe, koq ghitu pembukaannya?! Iya…kemaren tuh aku sama mas Indra ngabisin long weekend sama petualangan seru ke toko-toko material. Kalo biasanya liburan tuh dihabisin jalan-jalan ke suatu tempat yang bikin mata lebih adem, yang ini engga, malahan bersibuk ria nyari pernak-pernik buat rumah kita.
Pokoknya sejak punya rumah, kita berdua jadi rajin jadi pengamat desain interior dan arsitek. Emang pengennya kita bisa terjun langsung liat sejak berdirinya tuh rumah mulai bikin pondasi sampe kayak sekarang, (Alhamdulillah!) dah bisa berdiri tegak. Biarpun yang ngerjain tukang yang notabene dipekerjakan sama pengembang, tapi seringan kita meninjau langsung pengerjaannya (kalah lah pokoknya si mandor). Sampe-sampe saking sering gaul sama tukang, kita jadi tau komposisi yang bener bikin adonan buat adukan semen (nih…kalo bikin adonan semen biasa 1 : 2 antara semen sama pasir, kalo mo bikin pondasi 1 : 2 : 3 terdiri dari split, semen dan pasir, hehehe, smoga ga kebalik!).

Terus ada lagi ilmu baru buat kita berdua, yaitu ilmu NGE-CAT. Ternyata, hasil cat yang bagus tuh ga tergantung dari merek maupun mahal-murahnya cat. Yang penting jadi perhatian itu adalah teknik pengecatan. Jadi, dinding tuh sebelum di cat (buat dinding yang sebelumnya dah di cat) sebelumnya tuh harus di amplas dulu, biar daya rekatnya lebih oke lagi, setelah itu…baru di cat. Udah gitu…perbandingan campuran cat sama air itu, airnya 10% aja. Biar ga ke-enceran. Hummmm, ternyata ribet ya? Tapi, buat kita ilmu baru tuh…jadi walaupun yang ngerjain bukan kita, paling engga kita bisa ngawasin pengerjaannya.

Tujuan jalan kita pun jadi berubah dari biasanya. Kalo biasanya yang didatengin mall-mall yang isinya orang-orang yang wangi-wangi, sekarang ini kita lebih seneng jalan ke tempat-tempat yang jual peralatan rumah tangga, dari pasar yang rame dan sempit sampe supermarket bahan bangunan!
Nah, kalo minggu kemaren ini kita hunting teralis sama curtain buat jendela, nyari tukang bikin yang ongkosnya bisa miring (maklum, soalnya anggarannya khan juga kudu dibagi-bagi sama persiapan si kakak lahiran nanti). Ternyata, kalo kita mo usaha dikit dan capek-capek, bisa lho dapetin barang dengan harga miring tapi kualitasnya tetep bagus. Masalahnya khan orang jaman sekarang mo praktisnya aja, jadi harga buat suatu barang plus ongkos kepraktisan (hehehe, males capek-capek), jadi mahal khan. Alhamdulillah aku juga ga terlalu kecapean banget (pokoknya ga mengkhawatirkan deh! Soalnya semua dinikmatin ajah), palingan akhirannya kaki doank yang jadi kram.

Pokoknya puas lah, soalnya kita berdua emang komit pengen ngerjain sesuatunya, kalo bisa (ini kalo memungkinkan) sendiri dulu, baru minta tolong orang laen, itu juga kalo dah mentok dan kita nyerah. Seru lagi…….kayaknya setiap hal yang kita lakuin buat rumah kita tuh serasa punya setorinya masing-masing (doh….romantis banget yak!). Ditambah lagi, berhubung ga ada kendaraan, jadi hunting-nya pake angkot……wuihhhh tambah seru, soalnya capeknya jadi dobel, hehehe.
Abis kelar dikasih teralis, pengennya dah mulain mindah-mindahin barang (dikit-dikit kali ya) sambil bersih-bersih, nge-cat ntar-ntaran deh….katanya kandungan dalam cat bisa membahayakan kandungan. InsyaAllah pengennya sih buruan pindah, asik euy……!!!
Jadi inget kata-katanya Ahmad Albar, “lebih baik disini……rumah kita sendiri…….” Hehehe.
Doain ya, biar semua lancar.

Note: si kakak dah mulain gerak-gerak nih…lutu ya….Subhanalloh! ajaib banget gitu lho!

Friday, May 20, 2005

Today's Lesson




To: empatdua92@yahoogroups.com
Sent: Thursday, May 19, 2005 4:19 PM

Ass,wr,wb
Pa kabar jakarta?
saya cuma mau sharing pengalaman sehari-hari,
Hampir tiap hari ada aja pasien yang meninggal karena
sakitnya.Tidak bermaksud SARA, tapi ternyata sungguh
benar yg dikatakan Rosul SAW bahwa sakaratul maut itu
sakit, lebih sakit daripada tertusuk 40 pedang.

Saya sering lihat bagaimana pasien saat akan meninggal
merintih kesakitan, mata melotot,nafas sesak......mata
menerawang, mungkin itu yang kalo bahasa agama sedang
di “flashback”semua kelakuan kita. Biasanya yang
meninggal dgn cara begini adalah mereka yang gagal
nafas krn banyak sebab.

kadang saat sakaratul maut mereka sudah sangat
keliatan capek sekali, dan ingin minta dicabut
nyawanya, kalau saya perhatikan, bila kaki sudah
teraba dingin biasanya maut sudah dekat.
kadang saya ngga tahan untuk tidak mengangis, akhirnya
ngumpet di kamar mandi sambil ngusap air mata.

Tapi ada banyak juga yang sakaratul mautnya manis,
senyum ikhlas, seperti orang yang tidak sakit.

mudah2an kalau kita meninggal nanti diberi sakaratul
maut yang ringan, dan kita bisa bersyahadat saat akan
meninggal, Amien
mudah-mudahan manfaat

Wss,wr,wb
I Love you all


Petikan email di atas dikirimkan oleh seorang sahabat yang bertugas di kota Gudeg, Jogja. Apa yang dituliskannya mungkin berasal dari pengalaman pribadinya sebagai seorang dokter dan pastinya sering berhubungan dengan peristiwa-peristiwa seperti yang diceritakannya. Duh…bahagia ya…jadi orang yang bisa mengambil hikmah dari setiap episode kehidupan ini. Paling engga bisa sebagai bahan pendewasaan diri dan mengingatkan diri akan tujuan akhir dari kehidupan ini.
Iya….kalo ingat segala rutinitas yang dijalani setiap hari, terkadang membuat kita terbuai, lupa, ujung-ujungnya kita lupa bahwa waktu yang diberikanNya sudah berkurang. Semua dari kita pastinya menginginkan episode terbaik dalam hidup ini dan “akhir yang indah”khusnul Khotimah. Namun terkadang dalam mengejar indahnya hidup ini, kita seolah alpa dengan tujuan hidup yang sesungguhnya.

Makasih ya sobat……pesanmu pagi ini memaksaku untuk kembali merenungi arah hidup ini yang sesungguhnya. Smoga Allah selalu memberi hidayah buatmu dan keluarga.
“Dunia adalah madrasahnya hidup, dimana setiap jejak yang ditinggalkan adalah guru buat kita semua untuk selalu mengingat kemana tujuan akhir dari perjalanan ini……..”

Sobat…have a nice (long) weekend (buat yang mo ambil “tiket terusan” liburan sampe Selasa ;D) yaaa. Salam kangen buat Zubia’Mom, Mba Ari, Ummu Irsyad, Lin, Rara, Pak Hadi dan sobat smua yang dah mampir……sekali lagi afwan, belum sempat kunjungan balasan (duh…kerjaan menggila nih….tapi koq ga berbanding lurus sama rewardnya ya? ;p *mode:garuk-garuk kepala, bingung*)

Info Sekilas : Buat anggota IMB yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, termasuk Bekasi, Bogor, Depok, (Bandung juga boleh, khan 1,5 jam doank dr Jakarta sekarang ini :D), ada silaturahmi (Kopi Darat lagiiiiiii, horeeeeee!) tanggal 24 May 2005, pukul 09.00 s/d selese.
Venue: katanya ketemuan dulu di Masjid Kebon Binatang Ragunan, Jam 09.00, selanjutnya baru silaturahim
Info lbh lanjut, hub: Hanum :02170044928 (Flexi).

Friday, May 13, 2005

Sang Pelita: Penerang dalam Gulita

Horeeeee….dah mo weekend lagi. Di kantor hawanya dah kayak mo libur aja, soalnya temen-temen seruangan hari ini bakal berangkat weekend ke Bali (hehehe, gaya nih pada!). Selamet liburan ya pals!

Semalem aku nonton acara talk show di salah satu stasiun televisi, yang jadi bintang tamunya menteri BUMN kita. Karena ga nonton dari awal, ga semua obrolan aku ketahui tentang apa, yang pasti di akhir acara, diundang guru sang menteri ketika masih sekolah dulu.
Ada satu hal yang membuatku tersentuh, sang ibu guru bilang begini “waktu pengumuman anggota kabinet SBY disampaikan dan saya mendengar nama anak (didik) saya disebutkan, saya menangis, terharu, dan bersyukur. Ada salah seorang anak (didik) saya yang berhasil menjadi menteri.
Jujur aku juga terharu dengar perkataan ibu guru tersebut. Jadi inget sama guru-guru aku jaman dulu sekolah. Paling engga mereka juga punya andil lho membuat aku (dan kita semua) jadi seperti sekarang ini.

Kebetulan tempat kerjaku saat ini dekat dengan TK, SD, SMP, dan SMA tempat aku bersekolah dulu, jadi kadang-kadang masih sering papasan dengan para mantan guru-guru aku. Hummmmm….. kalo ingat, beberapa orang teman-teman sekolah sudah ada yang jadi dokter, insinyur, penerbang, paling tidak sudah punya posisi di kantornya semua. Trus guru-guru mereka sudah seperti apa? Tampilan mereka sih masih sama ketika aku meninggalkan bangku sekolah dulu, yang beda mungkin hanya mereka keliatan lebih tua (maklum, dah 10 tahuh lebih jeh, sejak terakhir lulus). Ada yang masih setia dengan vespa-nya, ada yang masih setia naik angkot untuk berangkat ke tempatnya mengajar.
Yah itulah guru, profesi yang sudah mencetak banyak orang hebat di negeri ini, tapi mereka sendiri…..hehehe, tau sendiri lah ya nasibnya Si Oemar Bakrie.

Pernah aku barengan satu angkot dengan seorang mantan guru semasa SMA dulu, waktu itu beliau hendak pergi mengajar, aku cerita pada beliau bahwa beberapa muridnya ada yang sudah jadi ini, jadi itu, komentar beliau hanya seperti ini, “buat saya, keberhasilan kalian adalah prestasi buat saya.” Ucapan yang hingga saat ini masih aku pegang dan jadikan pedoman ketika akupun memperoleh kesempatan menjadi seorang pengajar. Kayaknya seneng banget kalo ada mahasiswa yang nyamperin aku trus bilang kalo dia dah selese kuliahnya, trus diterima kerja di perusahaan X, atau dia bisnis sesuatu dan berhasil (walaupun masih dalam skala kecil-kecilan). Rasa bahagianya tuh lebih daripada ketika menerima honor ngajar!

Bapak dan Ibu guru, hormat dan terima kasih saya yang tiada terhingga buat semua guru-guru sejak TK hingga perguruan tinggi, tanpa anda semua, kita semua bukanlah apa-apa.

Monday, May 09, 2005

Rujak Bebek




Hehehe,dah lama ga pernah nulis yak? Bukan karena males bawaan hamil lho, tapi……emang males ;p abis kerjaan lagi segudang plus tagihan tulisan dari temen buat dimuat di majalah kampus (yang ini nih yang bikin super bete banget, mualessss bo!). Crita apa yaaaaa, males crita marketing ah…bikin inget utang nulis dijurnal kampus. Crita ini ajah yaaaa……
Tadi pagi-pagi datang ke kantor, seperti biasa abis nyalain kompi, tiba-tiba mata ini tertumbuk pada bungkusan kresek hitam di atas meja. Waktu aku pegang…..”lho…koq dingin yaaaaa”, tau engga apa? Ternyata rujak bebek (baca pake “e”pepet bukan
” e” taling yak!). Doh…..siapa neh yang baek banget sama aku, emang lagi pengen banget udah dari sebulan yang lalu tapi belon sempat kesampean. Selidik punya selidik rupanya dari Kong Aji Salim (baca: engkong haji Salim) yang duduk diseberang meja aku, dia tau banget dari sebulan yang lalu aku lagi kepengen banget. Lagian sih, rekomendasinya temen-temen disuruh pergi ke Cikini, khan jauh nian dari Halim, males lah kesana, mending beli rujak di Pasar Mini ajah, trus sambil makan sambil dibayangin deh rujak bebeknya, sama aja khan (hehehe ga bole protes!cari enaknya aja lagi!).

Tau donk rujak bebek itu apa, itu lho………beraneka ragam buah-buahan, kayak ubi merah, bangkoang, kedondong, jambu biji (yang mengkal), jambu merah, ditumbuk bareng sama gula merah, garam, dan rawitnya (bukan diulek lho!), trus…….jadi deh!
Hehehe, dibilang ngidam, engga juga ya, abis aku sabar banget nunggunya, malahan kalo sampe lahiran ga kesampean juga, ya udah……ga ngotot banget lah! Yang pasti seneng sih, akhirnya terpenuhi juga kepengennya, hummmmm nyummmmieeeee, enak gitu lho…suegerrrrrrr, campur pedes-pedes dan asem-asem.

Trus khan aku critain sama mas Indra kalo aku dibeliin rujak bebek, you know what then????dia beliin aku di Sabang waktu makan siang tadi, katanya dititipin di kulkas kantor dulu biar tetep enak sampe ntar malem, hehehe padahal aku crita tanpa maksud apa-apa lho, ga pengen dibeliin dia juga.
Besok-besok kayaknya pengen Rujak Juhi nih…..hehehe, kali aja besok pagi udah ada di atas meja lagi, atau ada yang berminat mo ngirimin ke Halim?

Makasih ya Pak Salim, smoga rejekinya ditambah Alloh dan smoga Alloh membalasnya dengan yang lebih baik lagi. Thanks juga honey buat rujak bebeknya….ntar malem yaaaaaa, kita makan sama-sama.


Notes: Buat Nina yang baru balik dari Qatar, afwan yaaa ga memenuhi undangannya, maklum nih, ibu-ibu kebanyakan urusan ;p InsyaAlloh kalo dah ada kesempatan kelak segera kita realisasikan yaaaaaaa

Thursday, April 28, 2005

Tips Memulai Wirausaha

Terinspirasi oleh topik KaMus tanggal 25 April 2005 lalu, aku jadi ingin ngebahas bisnis yang pas buat para perempuan. Jamaknya yang mencari nafkah di dalam suatu keluarga itu adalah kaum laki-laki, namun adakalanya, sebagai manusia, kita punya keinginan dalam hidup ini. Misalnya, dengan segala keterbatasan yang ada, kita tetap ingin anak-anak kita mendapatkan yang terbaik. Gizi yang terbaik, pendidikan yang terbaik, yang kesemuanya itu tentulah ada pengeluaran yang harus dikeluarkan extra dibandingkan kondisi pada umumnya.
Sebut saja, teman di kantor pernah cerita, susu untuk seorang anaknya saja bisa menghabiskan sekitar 500 ribu rupiah, itu satu anak, sedangkan anak dia ada 3 orang, Subhanallah…kebayangkan berapa yang harus dia keluarkan hanya untuk susu. Belum untuk keperluan sehari-hari dan keperluan yang setiap bulannya harus dikeluarkan.
Alhamdulillah bila dengan gaji dari suami saja semua bisa terpenuhi, tapi terkadang ada beberapa dari kita yang kurang beruntung, tetap ingin menyekolahkan anak di SDIT, apadaya pendapatan pas-pasan, mo minta tambahan lagi dari suami, koq ga berani yaaa (ntar dikira ga bisa me-manage keuangan di rumah lagi, bisa gawat khan). Hehehe, susahnya jadi ibu rumah tangga (dan hal ini yang selalu aku kagumi dari sosok seorang ibu), bagaimanapun juga nafkah yang diberikan oleh suami harus diolah dengan baik, dan berusaha bersyukur dengan pemberian dari suami kita.
Dengan latar belakang hal tersebut, akhirnya beberapa kaum ibu pun terpaksa ikut membantu suami dalam memenuhi kekurangan tersebut. Ada yang bekerja di kantor, namun ada juga yang dengan alasan untuk tetap bisa mencurahkan kasih sayang kepada anak-anak dalam kuantitas yang lebih memilih untuk menjalankan bisnis dari rumah.
Menjalankan bisnis di rumah, walaupun kedengaran sepele, tapi beberapa yang sudah berhasil, omzetnya tidak bisa dianggap kecil.

“Sulit ga sih menjalankan bisnis di rumah”…….kira-kira pertanyaan itu yang sering melintas di benak kita semua. Hampir semua niatan tersebut akhirnya harus kandas karena masalah keberanian yang dipicu oleh yang namanya MODAL.
Oke, aku memang bukan pengusaha, tepatnya belum lah, tapi ada beberapa hal yang mungkin bisa aku sharing ke sobat-sobat semua agar bisa menjadi trigger bagi kita dalam memulai suatu usaha dari rumah kita sendiri.

1.Berawal dari Hobby. Mengapa hobby, karena sudah barang tentu apa yang kita senangi biasanya kita kuasai juga seluk-beluk tentang kegiatan tersebut, termasuk kendala dan permasalahannya. Ambil contoh, buat yang hobby masak, mungkin lebih potensi untuk membuka usaha dibidang catering, rumah makan, atau bahkan membuka kursus memasak. Yang terakhir ini sambil mengamalkan ilmu, sekaligus nambah kocek kita juga. Aku kenal seorang ukhti yang beberapa waktu yang lalu aku sempat bergabung dengan milis yang di gawanginya. Karena kepandaiannya memasak, si ibu ini sering menerima pesanan kue-kue yang kalo kita lihat dari fotonya saja bisa bikin ngiler, apalagi kalo dibagi (hehehe, apa kabar bunda Zidan & Syifa?). Dikesempatan lain beliau ini masih sempat memberikan kursus masak di kediamannya, so…ga perlu ninggalin rumah dan tetap bisa ngawasin anak-anak khan? Pastinya dari bisnisnya ini banyak yang didapatnya, rejeki juga, silaturahim juga, asik khan…….

2.Cari dan ukur peluang yang ada. Kalo pasar yang akan kita masuki sudah jenuh, percuma saja, nanti ga ada yang beli donk ;p. Jeli untuk melihat peluang pasar ada kunci keberhasilan. Seperti diskusi kemarin, belakangan ini jumlah wanita yang mengenakan busana muslimah khan sudah banyak. Wanita berjilbab pun punya keinginan untuk tampil cantik dan wangi, nah dari salon-salon perawatan yang ada di Jakarta ini, kebanyakan memberikan pelayanan kepada kliennya tanpa memberikan hijab antara pelanggan lelaki dengan pelanggan perempuan, artinya apa? Terbuka peluang donk buat kita untuk memberikan jasa perawatan kecantikan khusus buat muslimah. Ditambah lagi kondisi di Jakarta yang menunjukkan masih langkanya salon-salon khusus muslimah. Bisnis seperti ini tidak hanya menyasar muslimah berjilbab saja, kaum wanita yang tidak berjilbab pun tetap dapat menikmati pelayanan jasa bisnis ini.

3.Modal. Ini juga faktor penting dalam memulai usaha, walaupun tidak harus menjadi momok. Bila kita tidak memiliki modal sendiri disarankan untuk mencari mitra. Namun dalam mencari mitra, prinsip kehati-hatian tetap harus diutamakan, pilihlah mitra yang bisa dipercaya. Hal ini penting karena bukan tidak mungkin mitra kita tersebut suatu saat malahan mengambil alih usaha kita. Diusahakan di awal kerjasama ada perjanjian tertulis antara kita dengan mitra kita tersebut.

4.Terjun langsung. Ketika usaha yang kita jalani itu dimulai, seharusnya kita sebagai pemilik terjun langsung dalam semua segi pengurusannya, hal ini untuk menghindari penyimpangan yang mungkin terjadi. Ketika usaha tersebut sudah berjalan dengan baik, kita bisa mendelegasikannya kepada orang yang kita percaya dan sudah mengerti seluk beluk bisnis kita tersebut.

5.Lokasi dan Promosi. Dua hal ini penting menjadi bahan pertimbangan, karena dalam berusaha tentunya kita ingin melakukannya untuk jangka waktu panjang (istilah kerennya Going Concern), jadi ga mungkin khan, kita hanya berusaha buat sebulan atau 2 bulan saja.
Pemilihan lokasi ikut menentukan keberhasilan usaha yang kita jalani. Terkadang pemilihan lokasi yang tepat selain mendatangkan pelanggan yang banyak, bisa ikut memotong ongkos produksi, yang artinya daya saing produk atau jasa yang kita hasilkan akan meningkat lagi. Promosi perlu dilakukan, terutama di awal berusaha, agar orang lebih mengenal lagi produk atau jasa yang kita hasilkan. Mulailah dari orang-orang yang terdekat dengan kita dahulu, karena biasanya ini yang paling efektif dan murah untuk sekaligus menyebarkan informasi tentang produk dan jasa yang kita tawarkan.

Itu mungkin sedikit tips tentang memulai usaha. Mengenai usaha apasaja sih yang bisa kita-kita jalani di rumah. Banyak ya, makanya mulailah belajar melihat peluang yang ada, trus kembangkan potensi pribadi kita masing-masing. Tapi jangan lupa, kewajiban sebagai istri dan ibu buat anak-anak, tetap harus dikedepankan lho.
Smoga bermanfaat yaaaaaaa…….

Monday, April 18, 2005

Anak ........ Oh........Anak




“Ta….tau alamatnya psikolog khusus anak ga? Anak gue kacau niy, mosok ini udah yang kesekian kali gue dipanggil gurunya ke sekolah” begitu seorang temanku dikantor mengadu padaku Jumat kemarin. Gambaran kepanikan terlihat jelas diwajahnya, keningnya berkerut, dan kata-kata yang keluar dari bibirnya terdengar begitu spontan dan bernada memburu.
“Emangnya ada apa mba?” tanyaku sedikit pelan untuk sedikit menenangkannya.
“Mosok dia ga mo berangkat sekolah kalo ga diberi uang sebesar yang dia minta, aku khan udah nge-jatahin uang jajannya, kalo dikasih lebih, nanti dia beli yang aneh-aneh lagi!”ujarnya memberi tahu penyebab kekesalan hatinya, katanya lagi, “trus sekarang dia menganggap aku manusia paling kejam sedunia, aku bingung nih Ta…aku harus gimana….dia koq ga bisa dibilangin banget sih…..”
Di lain hari dia pernah mengeluh lagi tentang kegilaan anaknya pada si kotak ajaib “doh….gue sebel banget deh Ta, mosok anak gue nonton TV mulu, ga mo belajar…mana yang ditonton sinetron mulu lagi, bahasanya itu lho….kayak yang ga pernah gue ajarin aja yang keluar dari mulutnya!”

Pengaduan tadi bukan yang pertama kali dilontarkan si mba yang manis ini padaku, sudah yang kesekian kali dan keseringan sekali. Dia adalah seorang single parents yang terpaksa bekerja karena suaminya pergi menghadap Yang Kuasa setelah menyerah pada keganasan kanker kelenjar getah bening yang dideritanya selama hampir 6 tahun belakangan. Dulu suaminya bekerja sebagai penerbang militer, tapi sejak divonis menderita kanker, almarhum suaminya terpaksa lebih banyak tinggal di rumah ketimbang berada di kantornya. Kebetulan ketika mulai menderita penyakit ganas tersebut, anak semata wayang mereka baru saja lahir, otomatis dalam hal mendidik anak di rumah, suaminya lah yang banyak berperan kala itu, dia sendiri tetap bekerja karena dia menyadari sewaktu-waktu suaminya dapat dipanggil Tuhan, dan dialah kelak yang akan menggantikan posisinya sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Sayangnya dalam hal mendidik anak, diantara mereka berdua tidak ada kekompakan. Ketika ibunya berkata TIDAK BOLEH,di sisi lain bapak berkata BOLEH, jadilah anak semata wayang mereka lebih menganggap ayahnya sebagai guardian angel dibanding ibunya yang dicap sebagai orang paling jahat sedunia. Parahnya ketika akhirnya suaminya pergi untuk selamanya dan sebagai single parent, sobatku yang satu ini menerapkan metode kedisiplinan ala ortunya ketika mendidik dia dan adik-adiknya (yang emang hasilnya nyata, ketiga anaknya sukses semua jadi sarjana), si anak jadi banyak berulah. Ga ngerti karena alasan ingin diperhatikan atau protes atas sikap ibunya kepadanya, yang pasti si ibu jadi sering bolak-balik dipanggil guru-gurunya di sekolah. Puncaknya….ya Jumat kemarin, ketika dia merasa lelah dan sepertinya dia butuh seseorang tempat berbagi dan mengadukan masalahnya itu sambil mencari solusi terbaik.

Hummmm, anakku memang belum lagi lahir, psikolog pun aku bukan, hanya saban sobat-sobat dan sepupu-sepupu curhat soal anaknya ada benang merah yang aku tarik dari permasalahan mereka. Anak hanya butuh didengar, sama seperti kita orang dewasa. Ketika ibu mereka sibuk dengan urusannya diluar dan menuntut everything should be in its rail, pastinya banyak yang berseliweran dibenak si anak. Kenapa aku harus begini, kenapa aku dilarang begitu, kenapa aku harus melakukan itu, kenapa aku tidak boleh memilih jalan itu. Anak juga manusia yang bisa diajak berkomunikasi, seandainya kita memberi alasan atas segala hal yang kita larang untuknya adalah demi kebaikan dirinya. Siapkan telinga ini untuk selalu ikhlas mendengarkan celotehnya sepedas apapun itu, InsyaAllah anak akan mengerti.

Seorang ibu harus memiliki kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi anak-anaknya (soalnya antara anak yang satu dengan yang lain, walaupun satu perut, pasti polahnya beda-beda dan perlu penanganan yang beda juga). Jangan pernah bosan memberi pengertian kepada mereka walaupun dari hari ke hari yang terucap hanya tentang masalah itu saja, terkadang itu dilakukan mereka karena mereka menuntut perhatian ekstra dari kita dan mereka hanya ingin mengetes kesabaran kita Jangan memaksakan hasilnya harus instant terlihat, karena anak bukan komputer yang bisa langsung di reformat ketika berasa ada yang ngaco. Selain itu jangan pula berharap anak kita seperti kita pada usia mereka apalagi membandingkannya dengan saudara-saudaranya. Percaya deh, bukannya mereka terlecut, yang ada malahan patah arang dan mengajukan protes yang bikin kita akhirnya hanya bisa mengurut dada. Soalnya tiap orang itu adalah pribadi yang berbeda, dan harus kita hargai itu!

Selalu konsisten dengan peraturan yang kita buat. Misalnya ketika kita menerapkan diet TV (kalo mo tau tentang diet TV, baca Ummi yang cover depannya ibu dan anak), maka sebagai orang tua kita juga harus ikutan puasa nonton sinetron, PETIR apalagi yang banyak hantunya (hiiiiiiiii). Jangan anaknya dilarang nonton tivi, ortunya malahan manteng seharian di depan kotak ajaib tersebut (ck ck ck ga sakit ya matanya ;p). Atau melarang anak nonton TV sambil tiduran, tapi ndilalah karena kita yang terlalu lelah sepulang dari kantor, malah kita yang memberi contoh nonton TV sambil tiduran, walhasil peraturannya bubar jalan semua. Kalo udah kayak gitu jangan anak yang disalahkan donk. Rasulullah SAW khan pernah bilang kalo anak itu adalah cerminan orang tuanya, jadi….kalo kita bermasalah dengan anak kita, sebelum marah-marah pada mereka better kita berkaca dulu pada diri ini, bukankah kita juga punya andil pada sikap mereka yang nyeleneh?

Hehehe, ini teorinya dan pendapat aku saja. Kelak mungkin aku akan menghadapi masalah yang lain lagi dengan anak-anakku, yang jawabannya mungkin aku cari nanti saja, hanya berjuta kesabaran dan pelukan hangat yang siap menyambut mereka setiap, saat, yang aku siapkan untuk mereka kelak, smoga aku pun selalu diberi jalan oleh Allah dalam membimbing mereka kelak, Amien.

Notes: buat sobatku, percaya deh mba, dia hanya butuh didengar apa maunya dan dihargai keberadaannya, jadi spend your less time with her or you will loosing her someday.

Monday, April 11, 2005

Ketika Dunia Berasa Sempit (dr Pelatihan Penulisan IMB)

Ahad kemarin aku ikut pelatihan penulisan yang diadakan oleh IMB (tau donk IMB stands for what…). Pertemuan yang bisa dibilang ajang kopi darat buat para anggota IMB yang selama ini hanya komunikasi lewat saling berkunjung ke blog anggota, ikutan milis IMB, hingga ikutan conference yang diadakan anggota-anggota IMB.
Seru banget sih…soalnya aku jadi tau orang-orang yang selama ini hanya komunikasi via dunia maya, akhirnya tau juga wujudnya. Contohnya Pak Arul…yang bayangan aku orangnya pasti udah setengah baya gitu (hehehe, maap ya Pak!), trus ada lagi Pak Jonru, trus teman lama sesama mantan penghuni sastra UI seperti Iman, mba Rahmawati (pssstttt….mba yang satu ini ga mo diketahui ID aslinya), Pak Yayan yang mantan anak sastra Jepang, dan banyak alumni sastra UI yang kayaknya angkatannya diatas aku banget (maap yak banyak yang ga kenal…ane khan UI ga sudah maksudnya ga kelar.…soalnya keduluan DO bo!hehehe). Udah gitu akhirnya bisa ketemu langsung sama mba Hanum (seksi repotnya IMB dan moderatornya KaMus). Ada juga mba Nur yang rajin mengingatkan aku dengan nukilan ayat-ayat suci Al Quran. Trus ada juga Putri yang seringan conference waktu sama-sama ikutan pelatihan design web. Pokoknya seru lah! Udah gitu ga rugi lagi ikutan acara ini, soalnya selain nambah ilmu (dan nambah motivasi) juga jadi kenal sobat-sobat yang selama ini hanya ketemu via dunia cyber. Aneh ya…biarpun kemaren tuh buat aku first initial, tapi berasanya mah kayak udah lamaaaaaa ajah kita kenal.

Makasih buat sobat-sobat panitia yang udah bikin acara ini terselenggara dan sukses. Kritik dan sarannya…ummm, daku koq ga dapet door prize siy…huaaaaaaaaaa, hehehe boong deng! Oke koq….udah lumayan bagus. Buat yang ngasih materi…makasih ilmunya, cuma Allah yang bisa balas. Afwan pulang duluan, soalnya keburu teller, maupun bawaan si kakak di dalem perut, hehehe.

Kalo ikutan acara kayak kemaren…dunia berasa sempit deh ;)

Wednesday, April 06, 2005

3 Bulan


sekarang umurku dah 3 bulan lho...hayo...cari mana kepala, tangan, dan kaki ku ;)

Senengnya punya banyak sobat (kalo boleh kami menganggap sodara)…..banyak banget niy yang bertandang, afwan belum sempat kunjungan balasan. Makasih juga doanya buat semuanya……biarpun kita ga pernah ketemu, koq berasa udah dekeeeeeeeeettttt banget, smua care…..hummmm Cuma Allah nih yang bisa balas, smoga Allah membalas segala perhatian yang diberikan dengan perhatian dan kasih sayangNya kepada sobat smua, Amien.

Iya nih…pasca opname plus bedrest, kerjaan numpuk, jadi harus ngejar ketinggalan itu, inipun nyuri-nyuri waktu (ups!!!). Tapi ga papa deh…khan waktu istirahat juga nulisnya.
Ada kabar baik dari si kakak, berkat doa dari tante dan oom semua, Alhamdulillah usia kakak sudah memasuki 12 minggu (means: 3 bulan ya?!). Ukuran badannya yang pasti sudah lebih besar dari ukuran sebelumnya (waktu usia kakak 1.5 bulan).
Semalem Ummi, dengan ditemenin Abi-nya kakak datang ke prakteknya dr TZ.Jacoeb buat monthly check up. Ternyata, si kakak kecil-kecil udah mengajari Abi dan Ummi-nya tentang kesabaran, betapa tidak, kemarin malam tuh seluruh Jakarta macet total (denger-denger sih karna banyak pohon yang tumbang). Walhasil dokter yang seharusnya tiba jam 7 malam, molor hingga sekitar 8.30 malam. Aku yang tiba di klinik sejak lepas maghrib, terpaksa harus menunggu lebih dari 1.5 jam. Kebayang donk, mana pinggang pegel, trus perut perih karna laper. Udah gitu Abi-nya pake acara kejebak macet dijalanan dan datangnya nyaris berbarengan dengan giliran periksa. Hehehe, bener-bener latihan kesabaran.

Waktu aku di USG……Subhanallah……..sungguh! Aku terpekik kecil mengucapkan Subhanallah hampir bersamaan dengan mas Indra. The Tiny Little Creature sedang “berenang”di rahim Ummi-nya. Aku lihat jantungnya yang mungil berdetak, pokoknya saat itu di dada ini ga karuan rasanya, takjub, bahagia, kagum pada penciptaanNya. Gimana engga, smua dari kita pasti pernah melewati fase seperti dia. Makhluk mungil itu seharusnya tidak berdaya dengan keadaannya saat itu, Subhanallah! karena kebesaranNya itulah dia sanggup bertahan, lewat amnion Ummi-nya dia makan, bertahan untuk hidup dan berkembang. Dan sepertinya, disana dia asyik dengan dunianya. Tangannya yang mungil kelihatan bergerak-gerak sesaat. Ternyata bukan aku saja yang melihat gerakan tangannya. Sambil makan seafood di depan pasar tebet, mas Indra bilang gini “tadi liat ga….tangannya koq gerak-gerak ya?” Hehehe, aku udah takut kalo aku bilang duluan liat tangannya gerak-gerak, ntar dikira aku berkhayal, ternyata emang iya, tangannya yang mungil bergerak-gerak!
Aku tau, saat ini pun dia masih berjuang untuk bisa berkembang dan memperkuat dirinya agar menjadi manusia yang kuat ketika saatnya hadir di dunia ini kelak.

Ayo nak…..terus berjuang…Ummi & Abi terus berdoa untukmu!

(tante…oom…tetep doain kakak yaaaa, biar bisa tumbuh dengan sehat dan sempurna, makasih ya doanya, smoga Allah membalas dengan lebih baik lagi, Amien…)

Thursday, March 31, 2005

I'm Back!!!!!




Baru balik dari bedrest 3 hari di rumah sakit plus seminggu di rumah, eh ternyata banyak tamu yang datang…… maap yaaaaa sobat….akibat liburan kecentilan, akhirnya harus nginep di rumah sakit, for a while, gara-gara si kakak ngambek (yup! something happened with my pregnancy). Alhamdulillah sekarang sih udah baekan. InsyaAllah si kakak juga bae-bae aja (doain yaaaaaa sobat…..).

Being pregnancy mengajarkan aku banyak hal, yang paling bikin aku mengambil banyak pelajaran adalah buat BERSABAR. Doh!….aku tuh…paling bermasalah banget sama yang namanya SABAR. Padahal khan “sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang yang sabar” yak?!
Tau nih…payah banget dah aku buat hal yang satu ini. Nah…mungkin akibat sifat buruk ini juga akhirnya aku harus bedrest di rumah sakit, dan nyusahin suami, "huaaaaaa……sayangku….maafkanlah istrimu"…;(((( (hehehe, gini nih kalo kelamaan di rumah dan keseringan melototin telenovela).

Okay, yang pasti aku harus rehat sejenak buat konsolidasi kerjaan, soalnya buat sekarang ini kayaknya sulit ngerjain sesuatu dobel-dobel, susah konsennya euy! Trusssss….minta doanya juga so everythings gonna be allright, until I’ll deliver this tiny creature (hihihi).
Buat sobat-sobat smua yang dah sowan ke beranda kami……thx banget buat atensinya, InsyaAllah bakal ada kunjungan balasan. Salam kenal juga buat beberapa sobat baru…maap…bukan saya ga mo bales…sekali lagi bukan saya orangnya sok sibuk….tapi maap….ngerjain tugas di kantor dulu yaaaa (maklum…sebagai serdadu, tugas dari komandan harus didahulukan…;p). InsyaAllah balik lagi nanti dengan sharing crita yang baru.

Notes: Buat sepupuku yang maniez……gimana persiapannya? Masih butuh wedding consultation?

Friday, March 18, 2005

Ketika Aku Ngidam (dan perploncoan itu dimulai....)

Horeeeee…udah mo weekend. Alhamdulillah! Jadi inget cerita weekend kemaren. Sejak ketahuan hamil, engga ngerti apa ini yang namanya ngidam, yang pasti weekend kemaren keinginan aku untuk makan yang aneh-aneh mulai muncul. Ga ngerti karna pengaruh tivi (kebetulan weekend lalu ada salah satu stasiun televisi yang menayangkan acara tentang jenis makanan yang satu ini) yang pasti hari Jumat lalu aku jadi kepingiiiiiiiin banget makan, soto betawi. Padahal jauh sebelum aku hamil dulu udah janji sama mas Indra ga mau ngerjain dia ketika aku hamil kelak dengan permintaan yang ga masuk akal. Eh…siang-siang mas Indra pulang sholat Jumat aku dengan santai dan tanpa dosanya bilang gini, “Mas, beliin soto betawi donk…tapi yang kaki sapi yaaaaaa” mas Indra sih menyanggupi awalnya, tapi denger dulu donk persyaratan aku berikutnya “tapi soto kaki sapinya harus yang di tanah abang, yang mangkal depan bill shop, depan masjid tuh, deket tukang kopi…..”ujarku kalem.

What?!”mata mas Indra yang udah bulet jadi tambah bulet. Emang dasar aku nya yang tanpa dosa, cuma nyengir liat tampang mas Indra. Walaupun akhirnya ga dipenuhinya dan aku pun ga trus marah, mas Indra jadi bergumam kecil melihat kelakuan aku “dan masa perploncoan itu dimulai…….”aku cuma nyengir dengernya.
Memang belakangan ini permintaan aku suka rada kelewatan. Minggu sebelumnya aku minta toge goreng, tapi yang beli di bogor ;p. Eh…aku masih mending lagi, ada temen aku yang ketika hamil punya permintaan aneh, waktu itu suaminya pulang praktek, trus dia nyium jas praktek suaminya bau gorengan, trus dia merengek minta dibelikan. Yang nggilaninya dia ga mau dibeliin asal gorengan, pokoknya yang baunya persis sama yang dia cium dari jas suaminya, dan disuruhnya suaminya itu balik lagi ke tempat kerjanya di bilangan diponegoro (rumah dia di Tebet). Udah nih…akhirnya dibeliin, eh…begitu suaminya kasih, hanya dia cium, trus….udah deh….sama sekali ga disentuh, apalagi dimakan. Dasar!!! *mode:geleng-geleng *

Alhamdulillah aku ga parah banget, kalau pun lagi pengen sesuatu, aku bisa nyari sembari pulang kantor (jadi ga harus bikin mas Indra pusing nyari). Udah gitu, si kakak nih kayaknya banyak yang sayang, beberapa temen yang ngerti akan bakal kehadirannya dengan rela dan ikhlas beliin aku makanan yang emang lagi aku pengen. Apalagi temen-temen yang emang sering tugas luar dan bisa mampir-mampir beli sesuatu, pulang mereka tugas, ada….aja yang dibeliin mereka buat aku.
Kayak minggu lalu dibeliin mba Lolita asinan dari Cikini, trus Mas Herry juga beliin asinan dari gang Kambodja, trus kemaren banget ini mas Pandu beliin aku Soto Mie Pasar Sunan Giri, hari sebelumnya mas Marna nyempetin beliin aku Soto Mie yang suka mangkal di depan UT Pondok Cabe (katanya sambil mampir ke kantor Pajak). Duh…guys…thanks banget buat perhatiannya yaaaaaa. Tapi aku ga pernah maksa khan….kasian si kakak niy…ntar celamitan ;p (amit-amit dah!). So far, permintaannya masih yang mursida dan blon yang ga masuk akal, smoga ga nyusahin lah!

Being pregnant…amazing banget sih!!!!
Have a nice weekend buat sobat semua yaaaaaaaaa!

Tuesday, March 15, 2005

Sepenggal pelajaran "Trimester Awal"




Diberi kesempatan oleh Pemilik diri ini untuk mengalami salah satu proses kehidupan yang bernama kehamilan, adalah berkah.
Kesimpulan sementara tentang menjalani kehamilan itu ga enak (tapi tetap menyenangkan lho!). Jangan protes dulu donk……coba tanya ke semua orang yang pernah hamil, pasti jawabannya sama, GA ENAK. Perkara trus para ibu yang diberi kehormatan mendapatkan amanah yang Luar Biasa dapat menjalaninya dengan ikhlas dan tabah, itu mah lain perkara! (psssttt bersyukur mah kudu lagi!).

Nah, sebagai orang yang baru pertama kali merasakan kehamilan, kalo ada yang tanya gimana sih rasanya? Dengan spontan pasti aku akan jawab “Ga enak!” Coba aja, perut seharian berasa kembung, kepala pusing, lemes banget, serba salah, tidur ga nyenyak.
Tapi…….dari semua rasa ketidak enakan itu, ada hikmah yang bisa aku ambil yang malahan membuat aku teringat pada sosok dibalik keberadaanku hingga kini. Dialah IBU. Sebutan yang dirindukan oleh semua perempuan dibelahan dunia ini, karena ga semua perempuan diberi kesempatan menyandang amanah ini (tanpa mengurangi rasa hormat pada kaumku lainnya yang belum diberi amanah, bersabar aja, Allah punya rencana yang pastinya terbaik buat kita).

Okay, back to rasa ga enak. Ternyata rasa ga enak yang aku alami selama hamil ini membuat aku menyadari betapa besar kasih dan pengorbanan IBU kita kepada kita. I just wondering, betapa menderitanya para ibu kita ketika mereka sedang mengandung kita, anak-anaknya. Semua harus dilakoninya bersamaan kesibukan yang mendera mereka (buat yang jadi Ibu Rumah Tangga dengan domestic works-nya, dan yang harus ikut bekerja membantu finansial keluarga, ya harus rela menjalaninya di tempatnya bekerja, bete tau ga sih!). Dan itu semua dijalaninya dengan penuh ketidaknyamanan. Diam ga enak, tidur gelisah, duduk serba salah, berdiri bikin gerah, belum lagi lidah yang tiba-tiba ga bisa lagi merasakan kelezatan aneka makanan. Semua makanan berasa aneh aja di lidah. Nah…nanti kalo udah masuk bulan ketiga dan keempat, mulai deh festival mual dan muntah (koq festival? Iyalah…orang bisa dikatakan kejadiannya sering banget! Hampir tiap waktu jheh!).

Hummmm, tadi malam ketika sama-sama kami nonton acara di TPI, mata ini sejenak melirik ke sosok di sebelahku. Sosok yang telah melahirkan, membesarkan, dan mempersiapkan aku hingga menjadi manusia mandiri seperti sekarang ini. Sosok yang telah memperkenalkan aku pada indahnya dunia ini, yang telah mengajarkan aku melangkah dan berkata-kata. Sosok yang telah memperkenalkan kita pada Kebesaran sang Maha Pencipta. Adakah hutang yang begitu besar itu bisa terbayarkan untuknya? Adakah kaki ini bisa menggantikan kelelahan kakinya ketika menopang berat tubuhnya ketika kita berada di dalam rahim kokohnya? Adakah lengan ini bisa membuatnya nyaman, senyaman rengkuhannya ketika kita masih dalam buaiannya? Adakah senyum ini bisa menyejukkannya sesejuk ketika dahulu dia selalu mendengar keluhan kita dan menentramkan kita dengan kata-kata lembutnya?

Duhai yang Maha Indah, sekali lagi Engkau ingatkan kami atas peristiwa besar ini. Engkau ingatkan kami akan keberadaan sosok ibu kami, agar kami tidak pernah lupa dan mengingkari segala pengorbanannya.
Duhai yang Maha Penyayang, sayangilah IBU kami, sebagaimana mereka telah menyayangi dan merawat kami sedari kami kecil dahulu.
Kami sadar sepenuhnya, tidak akan pernah cukup, berapa pun nilainya kami dapat membalas segala pengorbanan para IBU kami. Hanya kami pinta RidhoMu untuk segala ikhlas mereka atas seluruh cinta dan kasih yang dicurahkannya kepada kami selama ini.


-------
Dalam hidup ini, ada dua hal yang tidak bisa kita pilih, Orang Tua dan Boss kita.
Dear my Lord……..thanks for giving me a change to be a daughter of our lovely mother. May Allah bless you Mommy!!!always



“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” ( Qs 31:14)