Thursday, April 28, 2005

Tips Memulai Wirausaha

Terinspirasi oleh topik KaMus tanggal 25 April 2005 lalu, aku jadi ingin ngebahas bisnis yang pas buat para perempuan. Jamaknya yang mencari nafkah di dalam suatu keluarga itu adalah kaum laki-laki, namun adakalanya, sebagai manusia, kita punya keinginan dalam hidup ini. Misalnya, dengan segala keterbatasan yang ada, kita tetap ingin anak-anak kita mendapatkan yang terbaik. Gizi yang terbaik, pendidikan yang terbaik, yang kesemuanya itu tentulah ada pengeluaran yang harus dikeluarkan extra dibandingkan kondisi pada umumnya.
Sebut saja, teman di kantor pernah cerita, susu untuk seorang anaknya saja bisa menghabiskan sekitar 500 ribu rupiah, itu satu anak, sedangkan anak dia ada 3 orang, Subhanallah…kebayangkan berapa yang harus dia keluarkan hanya untuk susu. Belum untuk keperluan sehari-hari dan keperluan yang setiap bulannya harus dikeluarkan.
Alhamdulillah bila dengan gaji dari suami saja semua bisa terpenuhi, tapi terkadang ada beberapa dari kita yang kurang beruntung, tetap ingin menyekolahkan anak di SDIT, apadaya pendapatan pas-pasan, mo minta tambahan lagi dari suami, koq ga berani yaaa (ntar dikira ga bisa me-manage keuangan di rumah lagi, bisa gawat khan). Hehehe, susahnya jadi ibu rumah tangga (dan hal ini yang selalu aku kagumi dari sosok seorang ibu), bagaimanapun juga nafkah yang diberikan oleh suami harus diolah dengan baik, dan berusaha bersyukur dengan pemberian dari suami kita.
Dengan latar belakang hal tersebut, akhirnya beberapa kaum ibu pun terpaksa ikut membantu suami dalam memenuhi kekurangan tersebut. Ada yang bekerja di kantor, namun ada juga yang dengan alasan untuk tetap bisa mencurahkan kasih sayang kepada anak-anak dalam kuantitas yang lebih memilih untuk menjalankan bisnis dari rumah.
Menjalankan bisnis di rumah, walaupun kedengaran sepele, tapi beberapa yang sudah berhasil, omzetnya tidak bisa dianggap kecil.

“Sulit ga sih menjalankan bisnis di rumah”…….kira-kira pertanyaan itu yang sering melintas di benak kita semua. Hampir semua niatan tersebut akhirnya harus kandas karena masalah keberanian yang dipicu oleh yang namanya MODAL.
Oke, aku memang bukan pengusaha, tepatnya belum lah, tapi ada beberapa hal yang mungkin bisa aku sharing ke sobat-sobat semua agar bisa menjadi trigger bagi kita dalam memulai suatu usaha dari rumah kita sendiri.

1.Berawal dari Hobby. Mengapa hobby, karena sudah barang tentu apa yang kita senangi biasanya kita kuasai juga seluk-beluk tentang kegiatan tersebut, termasuk kendala dan permasalahannya. Ambil contoh, buat yang hobby masak, mungkin lebih potensi untuk membuka usaha dibidang catering, rumah makan, atau bahkan membuka kursus memasak. Yang terakhir ini sambil mengamalkan ilmu, sekaligus nambah kocek kita juga. Aku kenal seorang ukhti yang beberapa waktu yang lalu aku sempat bergabung dengan milis yang di gawanginya. Karena kepandaiannya memasak, si ibu ini sering menerima pesanan kue-kue yang kalo kita lihat dari fotonya saja bisa bikin ngiler, apalagi kalo dibagi (hehehe, apa kabar bunda Zidan & Syifa?). Dikesempatan lain beliau ini masih sempat memberikan kursus masak di kediamannya, so…ga perlu ninggalin rumah dan tetap bisa ngawasin anak-anak khan? Pastinya dari bisnisnya ini banyak yang didapatnya, rejeki juga, silaturahim juga, asik khan…….

2.Cari dan ukur peluang yang ada. Kalo pasar yang akan kita masuki sudah jenuh, percuma saja, nanti ga ada yang beli donk ;p. Jeli untuk melihat peluang pasar ada kunci keberhasilan. Seperti diskusi kemarin, belakangan ini jumlah wanita yang mengenakan busana muslimah khan sudah banyak. Wanita berjilbab pun punya keinginan untuk tampil cantik dan wangi, nah dari salon-salon perawatan yang ada di Jakarta ini, kebanyakan memberikan pelayanan kepada kliennya tanpa memberikan hijab antara pelanggan lelaki dengan pelanggan perempuan, artinya apa? Terbuka peluang donk buat kita untuk memberikan jasa perawatan kecantikan khusus buat muslimah. Ditambah lagi kondisi di Jakarta yang menunjukkan masih langkanya salon-salon khusus muslimah. Bisnis seperti ini tidak hanya menyasar muslimah berjilbab saja, kaum wanita yang tidak berjilbab pun tetap dapat menikmati pelayanan jasa bisnis ini.

3.Modal. Ini juga faktor penting dalam memulai usaha, walaupun tidak harus menjadi momok. Bila kita tidak memiliki modal sendiri disarankan untuk mencari mitra. Namun dalam mencari mitra, prinsip kehati-hatian tetap harus diutamakan, pilihlah mitra yang bisa dipercaya. Hal ini penting karena bukan tidak mungkin mitra kita tersebut suatu saat malahan mengambil alih usaha kita. Diusahakan di awal kerjasama ada perjanjian tertulis antara kita dengan mitra kita tersebut.

4.Terjun langsung. Ketika usaha yang kita jalani itu dimulai, seharusnya kita sebagai pemilik terjun langsung dalam semua segi pengurusannya, hal ini untuk menghindari penyimpangan yang mungkin terjadi. Ketika usaha tersebut sudah berjalan dengan baik, kita bisa mendelegasikannya kepada orang yang kita percaya dan sudah mengerti seluk beluk bisnis kita tersebut.

5.Lokasi dan Promosi. Dua hal ini penting menjadi bahan pertimbangan, karena dalam berusaha tentunya kita ingin melakukannya untuk jangka waktu panjang (istilah kerennya Going Concern), jadi ga mungkin khan, kita hanya berusaha buat sebulan atau 2 bulan saja.
Pemilihan lokasi ikut menentukan keberhasilan usaha yang kita jalani. Terkadang pemilihan lokasi yang tepat selain mendatangkan pelanggan yang banyak, bisa ikut memotong ongkos produksi, yang artinya daya saing produk atau jasa yang kita hasilkan akan meningkat lagi. Promosi perlu dilakukan, terutama di awal berusaha, agar orang lebih mengenal lagi produk atau jasa yang kita hasilkan. Mulailah dari orang-orang yang terdekat dengan kita dahulu, karena biasanya ini yang paling efektif dan murah untuk sekaligus menyebarkan informasi tentang produk dan jasa yang kita tawarkan.

Itu mungkin sedikit tips tentang memulai usaha. Mengenai usaha apasaja sih yang bisa kita-kita jalani di rumah. Banyak ya, makanya mulailah belajar melihat peluang yang ada, trus kembangkan potensi pribadi kita masing-masing. Tapi jangan lupa, kewajiban sebagai istri dan ibu buat anak-anak, tetap harus dikedepankan lho.
Smoga bermanfaat yaaaaaaa…….

Monday, April 18, 2005

Anak ........ Oh........Anak




“Ta….tau alamatnya psikolog khusus anak ga? Anak gue kacau niy, mosok ini udah yang kesekian kali gue dipanggil gurunya ke sekolah” begitu seorang temanku dikantor mengadu padaku Jumat kemarin. Gambaran kepanikan terlihat jelas diwajahnya, keningnya berkerut, dan kata-kata yang keluar dari bibirnya terdengar begitu spontan dan bernada memburu.
“Emangnya ada apa mba?” tanyaku sedikit pelan untuk sedikit menenangkannya.
“Mosok dia ga mo berangkat sekolah kalo ga diberi uang sebesar yang dia minta, aku khan udah nge-jatahin uang jajannya, kalo dikasih lebih, nanti dia beli yang aneh-aneh lagi!”ujarnya memberi tahu penyebab kekesalan hatinya, katanya lagi, “trus sekarang dia menganggap aku manusia paling kejam sedunia, aku bingung nih Ta…aku harus gimana….dia koq ga bisa dibilangin banget sih…..”
Di lain hari dia pernah mengeluh lagi tentang kegilaan anaknya pada si kotak ajaib “doh….gue sebel banget deh Ta, mosok anak gue nonton TV mulu, ga mo belajar…mana yang ditonton sinetron mulu lagi, bahasanya itu lho….kayak yang ga pernah gue ajarin aja yang keluar dari mulutnya!”

Pengaduan tadi bukan yang pertama kali dilontarkan si mba yang manis ini padaku, sudah yang kesekian kali dan keseringan sekali. Dia adalah seorang single parents yang terpaksa bekerja karena suaminya pergi menghadap Yang Kuasa setelah menyerah pada keganasan kanker kelenjar getah bening yang dideritanya selama hampir 6 tahun belakangan. Dulu suaminya bekerja sebagai penerbang militer, tapi sejak divonis menderita kanker, almarhum suaminya terpaksa lebih banyak tinggal di rumah ketimbang berada di kantornya. Kebetulan ketika mulai menderita penyakit ganas tersebut, anak semata wayang mereka baru saja lahir, otomatis dalam hal mendidik anak di rumah, suaminya lah yang banyak berperan kala itu, dia sendiri tetap bekerja karena dia menyadari sewaktu-waktu suaminya dapat dipanggil Tuhan, dan dialah kelak yang akan menggantikan posisinya sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Sayangnya dalam hal mendidik anak, diantara mereka berdua tidak ada kekompakan. Ketika ibunya berkata TIDAK BOLEH,di sisi lain bapak berkata BOLEH, jadilah anak semata wayang mereka lebih menganggap ayahnya sebagai guardian angel dibanding ibunya yang dicap sebagai orang paling jahat sedunia. Parahnya ketika akhirnya suaminya pergi untuk selamanya dan sebagai single parent, sobatku yang satu ini menerapkan metode kedisiplinan ala ortunya ketika mendidik dia dan adik-adiknya (yang emang hasilnya nyata, ketiga anaknya sukses semua jadi sarjana), si anak jadi banyak berulah. Ga ngerti karena alasan ingin diperhatikan atau protes atas sikap ibunya kepadanya, yang pasti si ibu jadi sering bolak-balik dipanggil guru-gurunya di sekolah. Puncaknya….ya Jumat kemarin, ketika dia merasa lelah dan sepertinya dia butuh seseorang tempat berbagi dan mengadukan masalahnya itu sambil mencari solusi terbaik.

Hummmm, anakku memang belum lagi lahir, psikolog pun aku bukan, hanya saban sobat-sobat dan sepupu-sepupu curhat soal anaknya ada benang merah yang aku tarik dari permasalahan mereka. Anak hanya butuh didengar, sama seperti kita orang dewasa. Ketika ibu mereka sibuk dengan urusannya diluar dan menuntut everything should be in its rail, pastinya banyak yang berseliweran dibenak si anak. Kenapa aku harus begini, kenapa aku dilarang begitu, kenapa aku harus melakukan itu, kenapa aku tidak boleh memilih jalan itu. Anak juga manusia yang bisa diajak berkomunikasi, seandainya kita memberi alasan atas segala hal yang kita larang untuknya adalah demi kebaikan dirinya. Siapkan telinga ini untuk selalu ikhlas mendengarkan celotehnya sepedas apapun itu, InsyaAllah anak akan mengerti.

Seorang ibu harus memiliki kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi anak-anaknya (soalnya antara anak yang satu dengan yang lain, walaupun satu perut, pasti polahnya beda-beda dan perlu penanganan yang beda juga). Jangan pernah bosan memberi pengertian kepada mereka walaupun dari hari ke hari yang terucap hanya tentang masalah itu saja, terkadang itu dilakukan mereka karena mereka menuntut perhatian ekstra dari kita dan mereka hanya ingin mengetes kesabaran kita Jangan memaksakan hasilnya harus instant terlihat, karena anak bukan komputer yang bisa langsung di reformat ketika berasa ada yang ngaco. Selain itu jangan pula berharap anak kita seperti kita pada usia mereka apalagi membandingkannya dengan saudara-saudaranya. Percaya deh, bukannya mereka terlecut, yang ada malahan patah arang dan mengajukan protes yang bikin kita akhirnya hanya bisa mengurut dada. Soalnya tiap orang itu adalah pribadi yang berbeda, dan harus kita hargai itu!

Selalu konsisten dengan peraturan yang kita buat. Misalnya ketika kita menerapkan diet TV (kalo mo tau tentang diet TV, baca Ummi yang cover depannya ibu dan anak), maka sebagai orang tua kita juga harus ikutan puasa nonton sinetron, PETIR apalagi yang banyak hantunya (hiiiiiiiii). Jangan anaknya dilarang nonton tivi, ortunya malahan manteng seharian di depan kotak ajaib tersebut (ck ck ck ga sakit ya matanya ;p). Atau melarang anak nonton TV sambil tiduran, tapi ndilalah karena kita yang terlalu lelah sepulang dari kantor, malah kita yang memberi contoh nonton TV sambil tiduran, walhasil peraturannya bubar jalan semua. Kalo udah kayak gitu jangan anak yang disalahkan donk. Rasulullah SAW khan pernah bilang kalo anak itu adalah cerminan orang tuanya, jadi….kalo kita bermasalah dengan anak kita, sebelum marah-marah pada mereka better kita berkaca dulu pada diri ini, bukankah kita juga punya andil pada sikap mereka yang nyeleneh?

Hehehe, ini teorinya dan pendapat aku saja. Kelak mungkin aku akan menghadapi masalah yang lain lagi dengan anak-anakku, yang jawabannya mungkin aku cari nanti saja, hanya berjuta kesabaran dan pelukan hangat yang siap menyambut mereka setiap, saat, yang aku siapkan untuk mereka kelak, smoga aku pun selalu diberi jalan oleh Allah dalam membimbing mereka kelak, Amien.

Notes: buat sobatku, percaya deh mba, dia hanya butuh didengar apa maunya dan dihargai keberadaannya, jadi spend your less time with her or you will loosing her someday.

Monday, April 11, 2005

Ketika Dunia Berasa Sempit (dr Pelatihan Penulisan IMB)

Ahad kemarin aku ikut pelatihan penulisan yang diadakan oleh IMB (tau donk IMB stands for what…). Pertemuan yang bisa dibilang ajang kopi darat buat para anggota IMB yang selama ini hanya komunikasi lewat saling berkunjung ke blog anggota, ikutan milis IMB, hingga ikutan conference yang diadakan anggota-anggota IMB.
Seru banget sih…soalnya aku jadi tau orang-orang yang selama ini hanya komunikasi via dunia maya, akhirnya tau juga wujudnya. Contohnya Pak Arul…yang bayangan aku orangnya pasti udah setengah baya gitu (hehehe, maap ya Pak!), trus ada lagi Pak Jonru, trus teman lama sesama mantan penghuni sastra UI seperti Iman, mba Rahmawati (pssstttt….mba yang satu ini ga mo diketahui ID aslinya), Pak Yayan yang mantan anak sastra Jepang, dan banyak alumni sastra UI yang kayaknya angkatannya diatas aku banget (maap yak banyak yang ga kenal…ane khan UI ga sudah maksudnya ga kelar.…soalnya keduluan DO bo!hehehe). Udah gitu akhirnya bisa ketemu langsung sama mba Hanum (seksi repotnya IMB dan moderatornya KaMus). Ada juga mba Nur yang rajin mengingatkan aku dengan nukilan ayat-ayat suci Al Quran. Trus ada juga Putri yang seringan conference waktu sama-sama ikutan pelatihan design web. Pokoknya seru lah! Udah gitu ga rugi lagi ikutan acara ini, soalnya selain nambah ilmu (dan nambah motivasi) juga jadi kenal sobat-sobat yang selama ini hanya ketemu via dunia cyber. Aneh ya…biarpun kemaren tuh buat aku first initial, tapi berasanya mah kayak udah lamaaaaaa ajah kita kenal.

Makasih buat sobat-sobat panitia yang udah bikin acara ini terselenggara dan sukses. Kritik dan sarannya…ummm, daku koq ga dapet door prize siy…huaaaaaaaaaa, hehehe boong deng! Oke koq….udah lumayan bagus. Buat yang ngasih materi…makasih ilmunya, cuma Allah yang bisa balas. Afwan pulang duluan, soalnya keburu teller, maupun bawaan si kakak di dalem perut, hehehe.

Kalo ikutan acara kayak kemaren…dunia berasa sempit deh ;)

Wednesday, April 06, 2005

3 Bulan


sekarang umurku dah 3 bulan lho...hayo...cari mana kepala, tangan, dan kaki ku ;)

Senengnya punya banyak sobat (kalo boleh kami menganggap sodara)…..banyak banget niy yang bertandang, afwan belum sempat kunjungan balasan. Makasih juga doanya buat semuanya……biarpun kita ga pernah ketemu, koq berasa udah dekeeeeeeeeettttt banget, smua care…..hummmm Cuma Allah nih yang bisa balas, smoga Allah membalas segala perhatian yang diberikan dengan perhatian dan kasih sayangNya kepada sobat smua, Amien.

Iya nih…pasca opname plus bedrest, kerjaan numpuk, jadi harus ngejar ketinggalan itu, inipun nyuri-nyuri waktu (ups!!!). Tapi ga papa deh…khan waktu istirahat juga nulisnya.
Ada kabar baik dari si kakak, berkat doa dari tante dan oom semua, Alhamdulillah usia kakak sudah memasuki 12 minggu (means: 3 bulan ya?!). Ukuran badannya yang pasti sudah lebih besar dari ukuran sebelumnya (waktu usia kakak 1.5 bulan).
Semalem Ummi, dengan ditemenin Abi-nya kakak datang ke prakteknya dr TZ.Jacoeb buat monthly check up. Ternyata, si kakak kecil-kecil udah mengajari Abi dan Ummi-nya tentang kesabaran, betapa tidak, kemarin malam tuh seluruh Jakarta macet total (denger-denger sih karna banyak pohon yang tumbang). Walhasil dokter yang seharusnya tiba jam 7 malam, molor hingga sekitar 8.30 malam. Aku yang tiba di klinik sejak lepas maghrib, terpaksa harus menunggu lebih dari 1.5 jam. Kebayang donk, mana pinggang pegel, trus perut perih karna laper. Udah gitu Abi-nya pake acara kejebak macet dijalanan dan datangnya nyaris berbarengan dengan giliran periksa. Hehehe, bener-bener latihan kesabaran.

Waktu aku di USG……Subhanallah……..sungguh! Aku terpekik kecil mengucapkan Subhanallah hampir bersamaan dengan mas Indra. The Tiny Little Creature sedang “berenang”di rahim Ummi-nya. Aku lihat jantungnya yang mungil berdetak, pokoknya saat itu di dada ini ga karuan rasanya, takjub, bahagia, kagum pada penciptaanNya. Gimana engga, smua dari kita pasti pernah melewati fase seperti dia. Makhluk mungil itu seharusnya tidak berdaya dengan keadaannya saat itu, Subhanallah! karena kebesaranNya itulah dia sanggup bertahan, lewat amnion Ummi-nya dia makan, bertahan untuk hidup dan berkembang. Dan sepertinya, disana dia asyik dengan dunianya. Tangannya yang mungil kelihatan bergerak-gerak sesaat. Ternyata bukan aku saja yang melihat gerakan tangannya. Sambil makan seafood di depan pasar tebet, mas Indra bilang gini “tadi liat ga….tangannya koq gerak-gerak ya?” Hehehe, aku udah takut kalo aku bilang duluan liat tangannya gerak-gerak, ntar dikira aku berkhayal, ternyata emang iya, tangannya yang mungil bergerak-gerak!
Aku tau, saat ini pun dia masih berjuang untuk bisa berkembang dan memperkuat dirinya agar menjadi manusia yang kuat ketika saatnya hadir di dunia ini kelak.

Ayo nak…..terus berjuang…Ummi & Abi terus berdoa untukmu!

(tante…oom…tetep doain kakak yaaaa, biar bisa tumbuh dengan sehat dan sempurna, makasih ya doanya, smoga Allah membalas dengan lebih baik lagi, Amien…)