Friday, May 13, 2005

Sang Pelita: Penerang dalam Gulita

Horeeeee….dah mo weekend lagi. Di kantor hawanya dah kayak mo libur aja, soalnya temen-temen seruangan hari ini bakal berangkat weekend ke Bali (hehehe, gaya nih pada!). Selamet liburan ya pals!

Semalem aku nonton acara talk show di salah satu stasiun televisi, yang jadi bintang tamunya menteri BUMN kita. Karena ga nonton dari awal, ga semua obrolan aku ketahui tentang apa, yang pasti di akhir acara, diundang guru sang menteri ketika masih sekolah dulu.
Ada satu hal yang membuatku tersentuh, sang ibu guru bilang begini “waktu pengumuman anggota kabinet SBY disampaikan dan saya mendengar nama anak (didik) saya disebutkan, saya menangis, terharu, dan bersyukur. Ada salah seorang anak (didik) saya yang berhasil menjadi menteri.
Jujur aku juga terharu dengar perkataan ibu guru tersebut. Jadi inget sama guru-guru aku jaman dulu sekolah. Paling engga mereka juga punya andil lho membuat aku (dan kita semua) jadi seperti sekarang ini.

Kebetulan tempat kerjaku saat ini dekat dengan TK, SD, SMP, dan SMA tempat aku bersekolah dulu, jadi kadang-kadang masih sering papasan dengan para mantan guru-guru aku. Hummmmm….. kalo ingat, beberapa orang teman-teman sekolah sudah ada yang jadi dokter, insinyur, penerbang, paling tidak sudah punya posisi di kantornya semua. Trus guru-guru mereka sudah seperti apa? Tampilan mereka sih masih sama ketika aku meninggalkan bangku sekolah dulu, yang beda mungkin hanya mereka keliatan lebih tua (maklum, dah 10 tahuh lebih jeh, sejak terakhir lulus). Ada yang masih setia dengan vespa-nya, ada yang masih setia naik angkot untuk berangkat ke tempatnya mengajar.
Yah itulah guru, profesi yang sudah mencetak banyak orang hebat di negeri ini, tapi mereka sendiri…..hehehe, tau sendiri lah ya nasibnya Si Oemar Bakrie.

Pernah aku barengan satu angkot dengan seorang mantan guru semasa SMA dulu, waktu itu beliau hendak pergi mengajar, aku cerita pada beliau bahwa beberapa muridnya ada yang sudah jadi ini, jadi itu, komentar beliau hanya seperti ini, “buat saya, keberhasilan kalian adalah prestasi buat saya.” Ucapan yang hingga saat ini masih aku pegang dan jadikan pedoman ketika akupun memperoleh kesempatan menjadi seorang pengajar. Kayaknya seneng banget kalo ada mahasiswa yang nyamperin aku trus bilang kalo dia dah selese kuliahnya, trus diterima kerja di perusahaan X, atau dia bisnis sesuatu dan berhasil (walaupun masih dalam skala kecil-kecilan). Rasa bahagianya tuh lebih daripada ketika menerima honor ngajar!

Bapak dan Ibu guru, hormat dan terima kasih saya yang tiada terhingga buat semua guru-guru sejak TK hingga perguruan tinggi, tanpa anda semua, kita semua bukanlah apa-apa.

No comments: