Friday, February 25, 2005

Untuk Sahabat Kami........

Satu lagi temanku pergi lebih dahulu menghadap Sang Khalik. Siang itu Selasa 22 Februari 2005, milis alumni SMAN 42, tempatku bergabung, dikejutkan oleh berita kematian Garna, teman kami pada kecelakaan pesawat CASA 212 di Papua. Dia tewas bersama dengan keempat rekannya dari Kepolisian RI dan penumpang pesawat kecil itu.
Sejenak terlintas kenangan kami ketika masih bersama-sama di bangku sekolah dulu, ketika sama-sama masih mengejar cita-cita,

Gue pengen jadi penerbang Myr”begitu selalu katanya pada Merta, sahabatku. Kami berenam selalu bersama-sama, aku, Merta, Ririn, Budi, Rinda, dan Garna. Dari kami berenam, hanya Garna yang kuat tekadnya untuk menjadi penerbang dan berhasil wujudkan mimpinya itu. Sedang aku dan kelima lainnya, karena satu dan lain hal, akhirnya menjadi apa yang bukan impian kami sesungguhnya.
Berenam kami merajut asa, belajar bersama, hingga akhirnya waktu lah yang memisahkan kita.
Terakhir aku dengar kabar, hanya Garna yang sukses mewujudkan cita-citanya setelah melewati berbagai rintangan.

Tentunya kamu bahagia ya Na, dan pasti ibumu bangga ;) aku dengar juga kamu telah mewujudkan keluarga bahagia yang sudah dikaruniai dengan Garna-Garna kecil. Sayang, karena kesibukan kita masing-masing, silaturahmi itu harus terputus.
Dan reuni itu akhirnya terjadi di tempat itu, Hanggar Direktorat Polisi Udara, Sore 23 Februari 2005, kami melepasmu dengan rasa ikhlas. Diiringi oleh isak tangis penuh haru dari orang tua, kakak, dan istrimu, kami semua menyambut kedatangan peti jenazahmu. Sama sekali aku ga pernah menyangka kita akan bertemu lagi ketika kamu sudah terbujur kaku dalam peti jenazah berselimutkan bendera merah putih. Allahu Akbar!!! Engkau Maha Besar Ya Robb, dadaku bergetar, peristiwa di depan mata kami ini makin menyadarkan betapa kecilnya kami sebagai hambaMu, dan betapa tiada berdayanya kami.
Dia lihat kita engga ya Ta?”kata-kata Merta menyadarkan aku dari lamunan. Aku tersenyum, tenggorokanku tercekat, terharu mendengar tangis keluarganya. Merta menarik tanganku mendekati peti jenazah yang telah diletakkan di tempatnya, “pengen liat fotonya Ta……..”
Duh….Na…..kamu persis seperti kita terakhir bertemu, dengan seragam kebanggaanmu, kala itu kamu begitu bangga, trus pamer deh ke kita-kita ;) setelah lulus jadi penerbang POLRI. Garna yang bahagia akan cita-cita yang menjadi nyata, Garna yang bahagia karena bisa membanggakan Bunda tersayang.

Dalam hati aku berbisik, “Ya Robb……..Engkaulah yang Maha Besar, Engkaulah yang Maha Kuasa. Duhai Kekasih Hati, kemarin Engkau panggil Rizki, hari ini Garna, kami semua menanti panggilan mesraMu untuk bisa bersamaMu dan UmatMu yang Engkau cintai dan kasihi. Terimalah dia Ya Robb, teman kami, jadikan kematiannya adalah syahid dijalanMu, karena ia sedang berjuang demi keluarganya. Maafkan semua kesalahannya, tempatkan dia kelak dalam JannahMu. Berikan kesabaran kepada keluarga yang ditinggalkannya. Jadikan apa yang terjadi ini menambah cinta kami kepadaMu dan mengingatkan kami akan tujuan kami sesungguhnya. Amien……...”

Mengenang perginya rekan & sahabat kami, Garuda Giwangkara GK, pada kecelakaan pesawat di Sarmi, Papua, Selasa 22 Februari 2005.

1 comment:

kuspoes said...

Innalillahi wa Innaillihi Roji`un

saya ikut berduka cita sedalam dalamnya ....

satu hal yg paling dicita2 seorang penerbang adalah mati di atas kursi terbangnya seperti halnya nahkoda yg akan meninggalkan perahu paling akhir..

semoga arwahnya diterima Allah SWT disisnya sebagai hambanya yg beriman dan beramal sholeh

http://kusaeni.com